LMS Volume 12 Chapter 5
Volume 12 Chapter 5 – Identitas Lee Hyun Terbongkar
Hari kedua MT.
Pagi datang,
bersama dengan sekelompok suara aneh datang dari tenda.
“Kkeueung, kkeung.”
“Heuheoheoheoheok!”
“Ma… pahaku.”
Nyeri akibat
setelah berlari kemarin.
Bahkan dengan rasa
sakit yang terjadi selama event tersebut, itu tidak sebanding dengan sakit otot
pada hari berikutnya!
“Semuanya bangun.
Sudah pagi!”
Masing-masing profesor pergi ke tenda-tenda untuk membangunkan semua orang.
Dengan mata yang
begitu sempit karena kantuk, mereka bergerak untuk membasuh wajah mereka dan
bergegas untuk mempersiapkan sarapan.
Setiap kelompok
menganggukkan kepala mereka dengan megah pada makanan mereka.
Karena masalah
kemarin, mereka hanya memiliki ramen karena mereka tidak memiliki kemauan untuk
memasak bahanbahan lain, hari ini, ada berbagai macam makanan.
Chigeulchigeul.
(mendesis)
Memanggang daging
babi, dan juga membuka sebotol sari buah apel.
“Bolehkah saya
minum Soju?”
Beberapa siswa
bertanya pada profesor dengan napas serak.
Minum di pagi hari
tidak dimaafkan selama MT! Para profesor memperbolehkan.
“Silahkan! Minum
saja dan lihat apakah kau bisa menahan latihan neraka hari ini!”
Mereka menjadi lesu
dan mengembalikan Soju ke dalam kotak sekali lagi.
Dalam kelompok Lee
Hyun, dia menggunakan bahan sisa rebusan sup, bersama dengan lauk dibumbui
kimchi daun sawi.
Dia menanak nasi di
sotdanji sampai asap tebal
menguap, sampai beras tersebut tampaknya gosong, kemudian mereka diizinkan
untuk makan.
“Hyeong, makanan
ini benar-benar yang
terbaik!”
Choi Sang Jung
memberi dua jempol.
Min Sura juga
menelan makanan tersebut dan bertanya.
“Dimana kamu
belajar memasak seperti ini?”
Itu telah lama
ditetapkan bahwa pria ideal adalah mereka yang bisa membuat hidangan menarik.
Jika kau bisa memasak hari demi hari terutama untuk seorang wanita, dia sudah
pasti akan jatuh cinta padamu.
Jadi dari sudut
pandang itu, belajar bagaimana memasak adalah sebuah pertolongan untuk seorang
pria!
“Keterampilan
memasakku meningkat selama bertahun-tahun di rumah. Sudah lebih dari satu dekade.”
“Jadi kamu memasak
sejak kecil? Dan kualitasnya sangat tinggi.”
“Karena keadaan.
Dan aku belajar masakan yang lebih spesifik di Royal Road.”
Di Royal Road, ada
keterampilan memasak yang terpisah. Tapi hanya mengandalkan hal itu tidak akan
bisa menyelesaikan hidangan jadi dari awal sampai akhir.
Di realitas, bahkan
hanya dengan penyesuaian yang tidak tepat air di rice cooker, kerusakan sangat
besar. Pada poin itu, entah itu berubah menjadi bubur atau membuangnya.
Berlatih di Royal
Road membantu mengurangi kesalahankesalahan ini dan bahkan bertindak sebagai
analisis rasa.
Dengan demikian,
untuk menyalin rasa dengan benar, itu diperlukan secara akurat menemukan
peningkatan dalam resep dengan tepat.
Lee Hyun
mempelajari resep-resep tersebut
berhari-hari.
Mengingat bahwa
berbagai bagian dalam resep di virtual reality tidak disalin secara tepat di
dunia nyata.
Setelah sarapan
selesai, pelatihan neraka dimulai lagi!
“Lari cepat
berkelompok. Hanya 300 meter.”
“Uoooooooooooooo.”
Setelah kata-kata profesor, keluhan para mahasiswa meluap.
Dengan kram di kaki
mereka pada satu titik atau titik yang lain, mereka dipaksa berlari untuk 300
meter. Faktanya, jarak itu tidaklah panjang jadi berakhir dengan cepat.
“Hari ini tidak
buruk. Bahkan tidak menghabiskan lebih dari 20 menit.”
“Para profesor juga
memiliki hati nurani, huh.”
“Aku ingin kembali
ke tidur lebih nyenyak.”
Percakapan
mahasiswa sedikit santai.
Lalu seakan
menanamkan lebih banyak kebencian, seorang profesor berbicara.
“Apakah latihan
pemanasan selesai?”
Karena mereka
terlalu memaksakan otot-otot mereka saat
berlari kemarin, pemanasan ini adalah untuk melepaskan ketegangan yang
terpendam pada otot-otot mereka!
Neraka yang
sebenarnya pada jadwal pelatihan ini adalah mendayung perahu. Delapan orang
naik sekaligus di perahu kayu.
“Aturannya
sederhana. Dayung perahu kalian satu putaran memutari pulau.”
Karena profesor tak
bisa mengawasi semua orang, mereka semua memakai pelampung.
Mereka juga menyewa
perahu nelayan untuk memutari pulau, untuk mengawasi jika ada kecelakaan yang
bisa terjadi.
Lee Hyun memeriksa
detail dari perahunya.
‘Perahunya cukup tua.
Menurutku itu berusia sekitar 10 tahun atau lebih. Aku tidak punya pengalaman
apapun yang berkaitan dengan perahu, dicoba saja.҆
Lee Hyun mencoba untuk
meraih dayung dan Choi Sang Jung mengambilnya terlebih dahulu.
“Hyeong, biarkan
aku melakukan ini.”
“Apa kau yakin?”
“Ya, kau
beristirahatlah. Kau bisa mengambil alih begitu aku lelah.”
Choi Sang Jung
merasa tak enak telah membuat Lee Hyun untuk manahan semuanya sendirian sampai
sekarang.
Sementara kelompok
lain menderita, itu semua berkat Lee Hyun bahwa gaya hidup mereka saat ini
sangat nyaman.
“Kkeungcha!”
(mengerahkan kekuatan)
Choi Sang Jung
mendayung. Kkulreong.
“Huh?”
Kkulreongkkulreong.
Dengan masing-masing dayungan, perahu terhuyung-huyung tanpa tujuan. Beruntungnya, perahu itu tenyata
jauh lebih kuat daripada kelihatannya.
“Kiri, ke kiri!”
“Ah! Ombak datang
ke arah sini!”
Ombak mendorong
mereka ke arah yang
berlawanan dengan satu putaran yang mereka inginkan. Setiap kali ombak datang,
ombak itu mengguncang perahu tersebut dan memperlambat kecepatan mereka untuk
melaju.
Choi Sang Jung dan
Park Sunjo bergantian mendayung perahu selama lebih dari 40 menit. Tiba-tiba, punggung mereka basah kuyup dengan keringat.
“Mau bertukar
denganku?”
“Ya, hyeong.”
Park Sunjo bangkit
dari tempat duduknya dan bertukar dengan Lee Hyun.
Lee Hyun
mencengkeram dayung dengan kedua tangan erat. Dan mendayung.
Kkulreong!
Perbedaan antara
kekuatan yang dia kerahkan dan yang dikerahkan Choi Sang Jung terlalu banyak!
Perahunya sedikit
miring sebelum kembali lurus.
Itu sulit karena
fakta seseorang harus memperhitungkan ombak yang datang saat mereka mendayung.
‘Tidak mudah.’
Lee Hyun
menenangkan dirinya.
Dia berpikir itu akan
menghabiskan lebih banyak kekuatan jika dia harus mencoba untuk memaksa melawan
arus. Dia menyesuaikan kekuatannya dengan tepat agar dia tidak cepat lelah.
Bagaimanapun juga,
dayung itu hanyalah perpanjangan dari lengan.
‘Ini seperti
mengacungkan pedang mengikuti aliran. Tidak ada gunanya untuk melawan itu.’
Lee Hyun mendayung
dayung saat dia merasa kekuatan dorongan terhadap air.
Dia menerjang ombak
yang mendekat dan membiarkannya untuk lewat.
Setelah itu dia
sekali lagi menempatkan kekuatan yang wajar pada setiap dayungan.
Seureureureureureong.
Meskipun bukan
dayungan yang sangat kuat, perahunya bergerak maju dengan mudah.
Tanpa gangguan pada
perahu, perahu itu tidak terdorong mundur.
Itu tidak sebanding
dengan nelayan yang berpengalaman, namun pergerakan perahu tersebut berada di
dimensi yang berbeda dibandingkan dengan ketika Choi Sang Jung dan Park Sunjo
melakukannya. Choi Sang Jung bertanya dengan penasaran.
“Hyeong, apa kau
pernah berlayar sebelumnya?”
Tentu saja, Lee
Hyun belum pernah naik perahu sebelumnya. Mereka adalah sesuatu yang berada di
luar jangkauannya.
Meskipun ada
kemungkinan jika itu adalah perahu penangkap udang. Meskipun itu adalah semacam
skenario kasus terburuk dari pekerjaan.
“Aku merasakan
nuasa dayung.”
“Huh?”
Bagi Lee Hyun itu
adalah sebuah jawaban yang mudah, tapi karena kalimat filosofis itu dibentuk
dari berbagai pengalamannya saat dia menderita, tidak begitu bagi orang lain.
Jika kau tidak
tahan pekerjaan fisik maka kau akan menderita ketika mengalaminya.
Seperti bekerja
keras menyekop. Setelah periode usaha yang luar biasa, itu menjadi lebih mudah
saat seseorang terbiasa pada hal itu.
Perahu bergerak
maju dengan tenang setiap kali Lee Hyun mendayung.
Pulau ini memiliki
alam yang masih alami dan laut biru yang luas!
Saat melakukan
putaran, mereka bisa menikmati pemandangan yang ditawarkan Silmido.
Setelah itu,
saatnya makan siang. Kemudian dilanjutkan dengan kompetisi olahraga. Para
mahasiswa masih kelelahan, tetapi panas dari matahari masih tetap kuat.
Karena pemandangan
laut dan udara segar, vitalitas yang tak terduga muncul dari dalam semua
mahasiswa.
Sebuah hadiah dari
alam.
Lee Hyun juga,
bermain tanpa penyesalan. Sepakbola, gulat, dan bridge boxing.
Bahkan pada tingkat
sedang dengan kekuatan dikurangi, jumlah skornya mewakili vitalitasnya yang
luar biasa.
Berkat
penampilannya, secara alami menarik perhatian orang lain.
Seorang mahasiswi,
Park Sumin, tampaknya menyadari sesuatu dan menepukkan tangan.
“Itu benar! Aku
yakin aku pernah melihatnya di suatu tempat.”
Lee Hyun mendengar
dari sudut telinganya dan hatinya berdebar-debar.
‘Apakah itu fakta
bahwa aku adalah Weed?’
Sampai sekarang itu
tidak mungkin bahwa mereka bisa mengenalinya.
Wajahnya tidak
terekspose di Continent of Magic saat itu, dan saat dia menjadi Orc Karichwi
saat itu dia adalah seorang Orc.
Tidak peduli
seberapa baik atau tajamnya mata yang seseorang miliki, tidak mungkin mereka
mengenal Lee Hyun dari Orc itu.
Kemudian saat
perburuan naga juga tidak mungkin.
Dalam hal ini dia
adalah seorang Skeleton. Hanya menunjukkan tubuh kerangka dan wajah tanpa
daging.
Kebenarannya tidak
pernah dipublikasikan.
Baru-baru ini KMC Media memulai program bernama ‘Weed.’
Tapi itu tidak
pernah diungkapkan apakah itu Jeonshin Weed dari Continent of Magic atau bukan.
Itu karena penilaian dari pihak penyiar untuk secara sengaja menyembunyikan
identitasnya.
Konten dari
Kerajaan Vampir Todeum adalah siaran utamanya.
Seorang pahlawan
muncul dari Benua Versailles, Weed, untuk menantang tak bisa dipahami.
Untuk secara
sengaja menjaga misteri Weed, mereka mengedit bagian saat dia keluar atau
menyisihkan dia secara keseluruhan.
Dan Sculptor Weed
tidak memiliki popularitas seluas itu! Meskipun itu baru dua minggu sejak
program dimulai.
Berada di peringkat
bawah, ada yang positif bahwa kemisteriusannya tetap terjaga. Karena Sculptor Weed
bukanlah makhluk yang sepenuhnya tidak diketahui.
Tuan dari Morata,
Count of Morata!
Mata-mata dari guild terus-menerus membuat tawaran pada seseorang yang dikenal
sebagai Sculptor terbaik dari Benua Versailles.
Lee Hyun tau dia
sekali lagi menjadi terkenal lewat patung-patung miliknya.
Tapi meskipun
popularitas Sculptor jauh dari Jeonshin Weed, hanya sedikit yang tahu bahwa
keduanya adalah satu orang dan sama juga di Royal Road.
Bagaimanapun juga
dalam kenyataannya, sangat sedikit orang yang bisa menjalin hubungan antara Lee
Hyun dan mereka.
Park Sumin
mengarahkan jarinya ke arah Lee Hyun.
“Aku pernah melihat
dia sebelumnya! 2 tahun yang lalu!”
Semua dosen yang
hadir dan para mahasiswa semua memfokuskan pandangan mereka pada dia! Wajah Lee
Hyun mengerut.
“2 tahun lalu?”
Dia memiringkan
kepalanya ke samping tapi tidak ada yang muncul dalam pikiran.
“Apa, dimana kau
melihatku?”
“Apakah kau tidak
ingat acara yang dulu?”
Semua orang
merenung mencari alasan kenapa Park Sumin berbicara dengan nada percaya diri
seperti itu.
“Princess Knight,
kan?”
Princess Knight.
Dia mengunjungi
adiknya dan mengikuti tiga acara di sekolah itu.
Di antara acara-acara itu ada salah satu acara yang disebut ‘Princess
Set.’
Kemudian, Park
Sumin mencoba untuk mengingat video yang dia lihat di di internet dan
mengatakannya untuk melihat siapa lagi juga masih ingat. Selama waktu itu,
gerakan Lee Hyun sangat luar biasa.
Dia berlari melintasi
rintangan yang bergerak cepat, dan memecahkan balon air menggunakan tinju dan
kakinya. Kemudian menggunakan lompatan dan melompat melewati tembok.
Karena fakta bahwa
acara itu menarik banyak peserta karena hadiah uang, video tersebut tersebar
luas lebih lanjut di internet karena ada banyak pemirsa.
“Pr..Princess
Knight?”
“Ah, Kalau begitu
kau adalah orang dari festival itu.”
Dari Park Sumin
mengingat-ingat cerita
tersebut, orang-orang mulai
mengingat acara tersebut.
Wajah Lee Hyun
mengerut. Bagi dia, memiliki julukan sebagai ‘Princess Knight’ bukanlah
sanjungan.
“Kau salah orang.
Aku bukan orang itu.”
Sebuah kebohongan!
Tapi Park Sumin
mengangguk.
“Tentu saja kau
adalah Princess Knight. Meskipun video itu hanyalah sebuah cuplikan, kau masih
memiliki wajah yang sama, sekarang dan saat itu.”
“Yah, jangan
terlalu yakin.”
“Wajah yang kau
gunakan untuk menyangkal itu tak bisa dipercaya sama sekali.”
“……”
Pada poin ini, Lee
Hyun dijuluki sebagai Princess Knight dan terukir dalam baja.
“Ayo, minum.
Princess Knight!”
“Ya, Senior.”
Pada akhir event
atletik ditutup dengan pesta minuman.
Ini bisa dianggap
sebagai sebagai acara terakhir dari MT.
Popularitas Lee
Hyun dasarnya meroket sebagai hasil dari itu. Bersama dengan para profesor
memanggilnya untuk mendekat, banyak mahasiswa juga mendekati dia beberapa kali.
“Jadi kau Lee Hyun
huh. Kau sangat tak terduga pada setiap tugas…… ngomong-ngomong, kau melakukan pekerjaan yang bagus di MT ini.
Sekarang, ambil minuman ini.”
“Baik, profesor.”
Lee Hyun mendekati
profesor dan minum alkohol yang ditawarkan tanpa menyisakan setetespun.
Melakukan demikian untuk mendapatkan kredit dari profesor agar bisa membuat
kehidupan kuliahnya lebih menguntungkan.
Sanjungan melalui
semangat minum!
Untuk yang kuat
mengurus yang lemah, dan yang lemah menjadi kuat!
Ada sesuatu yang
salah dengan pepatah lama ini.
Tapi itu hukum yang
wajar bagi orang untuk menjalaninya.
“Lee Hyun Oppa.
Tolong bantu aku disini.”
“Apa itu.”
“Tolong menyalakan
api disini.”
Ada motif dibalik
mereka untuk secara mendasar mengubah cara menyapa dia. Sebagian besar dari
mereka, termasuk mahasiswa tahan semester, dengan hati-hati mengubah cara mereka menyapa dia dengan Oppa.
Tapi dengan
kurangnya kepekaan Lee Hyun, dia tidak bergeming. Dia mengeluarkan kata-katanya sekering padang pasir.
“Gunakan pematik.”
Lee Hyun memasang
ekspresi wajah nakal. Namun demikian, para siswa tidak menyerah.
“Aku ingin
melihatmu membuat api dengan menggunakan kayu.”
Mereka yang
bertindak dingin terhadap dia sebelumnya juga menunjukkan minat mereka.
“Kemarilah.”
“Kami mengundangmu
minum.”
Dengan motif
bersama-sama dengan Lee
Hyun, para senior memanggil dia.
Terutama para
senior perempuan, karena dia merasakan intensitas mereka dalam tatapan mereka.
Mata terfokus pada
kuda jantan yang kuat!
Dengan keuletan dan
kelompok yang cukup besar, dia tidak punya pilihan selain dalam diam pergi
kemana suara-suara itu berasal.
“Senioritas tidak
begitu penting, ok?”
“Lihatlah otot-otot kaki itu. Begitu padat. Hohoho.”
Lee Hyun tidak
terbiasa dengan hal ini.
Dari sana-sini, para mahasiswa baru dan senior lainnya mengobrol
sambil tertawa bersama dengan minuman di tangan.
“Whew. Jangan
bercanda. Mendayung perahu itu benar-benar sulit, kau tau.”
“Namun berkat
senior, kami bisa menyelesaikan MT dengan baik.” Lebih banyak keakraban!
Meskipun mereka
telah mencapai kelelahan ekstrim mereka, dengan mengatasi kesulitan dan kerja
keras tersebut, para mahasiswa baru dan para senior membentuk rasa hormat satu
sama lain.
Entah itu acara
bakat atau pelatihan neraka, dalam beberapa jam atau lebih, mereka semua akan
meninggalkan semuanya di belakang dan tak akan ada yang tersisa kecuali
kenangan indah mereka.
Jadi mereka semua
berbagi minuman saat malam makin larut.
Pada jam 11 malam,
satu per satu, mereka semua tertidur karena kelelahan.
****
“Huaa.”
Lee Hyun terbangun
dan menghirup udara segar.
Meskipun tadi malam
dia tampaknya telah minum terlalu banyak sampai mabuk, tidak ada perubahan
dalam jadwal pagi miliknya.
“Dan sekarang, kita
akan kembali.”
Dia sedikit kecewa,
tapi sepertinya dia mendapatkan motif yang dia miliki.
Faktanya adalah
segera setelah dia kembali ke rumah, dia log in kembali ke Royal Road.
Absen selama tiga
hari dua malam, dia yakin bahwa banyak hal-hal yang telah dikembangkan.
Dia sekali lagi
akan masuk ke dalam bayangan
dalam kegiatan subversif dari seorang dark gamer dengan menghasilkan uang
melalui quest dan item dengan
rekan-rekannya yang
ambisius, dan ini akan menjadi tidak lebih dari sekedar mimpi.
Itu adalah medan
pertempuran yang sengit bukan hanya sebuah permainan! Lee Hyun harus kembali ke
dunia itu.
‘Hari ini, aku
mungkin punya sedikit waktu untuk pergi ke Dojang. Perlu melakukan sedikit
latihan pagi.’
Lee Hyun keluar
dari tempat tinggal sementara itu.
Dia merenggangkan
ototototnya yang kaku dengan bergerak dan berniat untuk berlari. Tapi sama
seperti kemarin, dia melihat Seoyoon duduk di atas batu.
‘Kapan itu terjadi?’
Lee Hyun mendekati
dia dan berbicara.
“Hai.”
“……”
“Kenapa kau bangun
pagi sekali?”
“……”
Masih tidak ada
jawaban. Lee Hyun dalam diam duduk di sampingnya, dan itu saja saat dia tetap
duduk.
Setelah Lee Hyun
duduk di atas batu tersebut.
Pikirannya masih
gelisah karena dia berpikir tentang tidak bisa berolahraga, sehingga dia tidak
ingin hanya dalam diam duduk di sana.
Lee Hyun tidak lagi
berbicara, sementara Seoyoon masih ragu-ragu mencoba untuk menemukan apa yang harus dikatakan.
Meskipun dia benar-benar ingin berbagi banyak hal, dia tidak tahu dimana
untuk memulai atau berapa lama menunggu diantara setiap balasan.
30 menit dalam
keheningan.
Cheosseokcheosseok!
Suara ombak di
sekitar mereka bisa terdengar, bersama dengan teriakan burungburung camar.
Meningkatnya kecemasan Lee Hyun berbanding lurus dengan meningkatnya perasaan
Seoyoon tentang kenyamanan.
Saat sapaan angin
bertiup, hari itu menjadi lebih cerah. Mereka menyaksikan matahari terbit di
atas cakrawala!
Tiba-tiba, ada sentuhan lembut di bahu Lee Hyun. Itu tak
dapat menang melawan kepala Seoyoon yang mengantuk yang bersandar di atasnya.
Karena ini adalah
hari kedua dia tidak bisa tidur dengan baik, serta dengan fakta bahwa dia lelah
karena minuman beralkohol.
Dan disini,
temannya yang bisa dipercaya, Lee Hyun, menghadirkan kenyamanan dari ketegangan
yang terbentuk dan membuat dia tidur secara spontan.
Segeunsegeun.
Irama pernapasan
Seoyoon terdengar di telinga Lee Hyun.
Dengan setiap
hembusan napas, Lee Hyun bisa merasakan jantungnya sendiri bereaksi pada hal
itu saat detakannya meningkat karena ketegangan.
Di tempat ini,
hanya ada Lee Hyun dan Seoyoon.
Meskipun para
mahasiswa masih tidur di pantai berpasir, mereka berada di jarak yang jauh.
Selain itu, Seoyoon
sudah melayang ke negeri mimpi, tampaknya mabuk karena minuman dari hari
sebelumnya.
Dengan kata lain,
itu adalah kesempatan yang diberikan oleh surga!
Tidak ada cara lain
selain mengatakan bahwa Seoyoon tak berdaya dalam keadaan ini dihadapan Lee
Hyun.
Mata Lee Hyun
dipenuhi dengan niat membunuh.
‘Kau memperlakukanku
seperti alat, huh. Dan saat aku flu kau menyuapi aku dengan bubur pembunuh ke
tenggorokanku!’
Ini adalah
kesempatan emas untuk membalas dendam.
Seperti yang
terlihat dia tertidur sangat lelap, Lee Hyun bisa mengangkat dia dan
melemparkan dia ke laut.
Menyimpan dendam
tanpa akhir!
Namun, benak Lee
Hyun segera menyingkirkan pikiran itu. Meskipun dendam akan mendebarkan, dia
takut masalah yang akan datang di masa depan.
‘Aku tidak tau
bagaimana dia akan bertindak setelah aku melemparkan dia ke laut!’
Tetap saja, dalam
gejolak internalnya dia memperhatikan dengan hati-hati agar tidak membangunkan Seoyoon. Kemudian sebuah
pikiran melintas.
‘Biarkan aku
menyesuaikan sedikit agar kamu bisa tidur lebih nyaman.’
Lee Hyun dengan
lembut mengangkat kepala Seoyoon dan meletakkannya di pangkuannya. Setelah itu,
dia mengamati wajah Seoyoon secara detail.
‘Pasti ada bagian
yang jelek di suatu tempat.’
Dia masih belum
menyerah pada dendamnya yang kekanak-kanakan.
Pertama kali Lee
Hyun melihat wajah Seoyoon adalah di rumah instruktur Training Hall.
Tetapi karena dia
melihat tanda ‘pembunuh’ selama kejadian itu hingga dia tidak memeriksa
kecantikannya secara lebih rinci.
Meski demikian,
fragmen wajah Seoyoon tetap ada dalam pikirannya hingga dia menggunakannya
untuk memahat Patung Freya.
Gambaran yang dia
miliki pada waktu itu memang indah.
Tapi dia tidak tau
bahwa kecantikan tersebut melebihi apa yang telah dia bayangkan.
Pertemuan kedua
dimana dia melihat Seoyoon berada di Lands of Despair, dimana kecantikannya
bersinar cerah lagi.
Kemudian, pada saat-saat mereka mempertaruhkan nyawa mereka di wilayah utara,
dia mencuri-curi pandang pada
Seoyoon di waktu luangnya.
Tetapi setiap kali
dia melihat Seoyoon, dia terus memancarkan daya tarik. Itu bukan karena Seoyoon
menjadi semakin dan semakin cantik.
Dia sudah cantik
sejak awal. Itu karena semakin cermat dia melihat wajahnya, semakin banyak
kecantikan yang dia lihat dari dirinya.
Mata, hidung, alis,
dahi, dagu dan bibir.
Tak mungkin untuk
menggapai sosoknya.
Sambil bertanya-tanya bagaimana bisa sesuatu teramat sangat indah seperti
itu, daya tarik baru muncul kapanpun dia memperhatikannya.
Tidak peduli
seberapa lama dia menatap wajahnya, dia tidak merasa bosan karena pemandangan
itu. Dengan masingmasing pemandangan untuk dikagumi, dia tidak punya pilihan
selain untuk menatapnya!
Lee Hyun ingin
menemukan kekurangan dalam wajah Seoyoon.
Dia membungkuk
begitu dekat sehingga dia bisa merasakan setiap napasnya, sebuah kesempatan
yang langka untuk melakukannya karena dia masih tidur.
‘Kulit. Yah, itu
sempurna. Tidak ada satupun kerutan dan aku bahkan tidak bisa melihat satupun
poripori. Bagaimana bisa kulit manusia memiliki kualitas seperti susu seperti
ini? Fitur wajah. Bagus. Ini adalah rasio emas yang sempurna dari penempatan
jika aku memahat. Alis panjang… bagaimana bisa rambutnya bahkan memiliki penempatan
teratur seperti ini?’
Mencoba untuk
menemukan suatu kecacatan wajahnya, bahkan jika itu hanya bagian kecil yang
jelek dari dirinya, tidak berhasil.
‘Baik, aku akui
wajah ini sangat bagus. Bagaimana dengan tempat yang lain…..’
Mata Lee Hyun
meluncur ke bawah. Dia kira-kira bisa melihat sosoknya melalui gaun tersebut. Dan disini masih sama,
dia tidak bisa menemukan kecacatan.
Tinggi dan
langsing, tubuhnya juga bagus.
Betis, paha, dan
bahkan garis pinggang yang halus.
Bahkan jari-jari kaki yang keluar dari sandal juga indah! Lee Hyun
tidak membenci wanita.
Dia hanya ingin
menghindari hubungan dengan seseorang karena akan ada uang yang harus
dikeluarkan. Tapi pemikiran ini telah berubah sedikit setelah memperhatikan
Seoyoon.
‘Jika itu adalah dia
maka itu kemungkinan tak masalah mengajak dia ke toko Kimbap. Tidak tunggu.
Jika aku melakukan hal itu maka itu akan buruk jika dia mengembangkan kebiasaan
ingin pergi kesana. Oh ya, kurasa aku bisa mentraktir dia di warung udon atau
sumthin!’
Ini adalah sedikit
dari perubahan yang signifikan dalam dirinya.
Lee Hyun masih
memberikan Seoyoon bantal pangkuan bahkan saat matahari sepenuhnya muncul.
Matahari terbit dari laut adalah sebuah pemandangan yang spektakuler untuk
dilihat.
Karena fakta bahwa
kemarin pagi dipenuhi dengan kabut hingga dia tak bisa melihat matahari terbit,
tetapi hari ini, tak ada satupun awan di langit yang bisa dilihat di cuaca yang
cerah ini.
Dari dimana langit
dan laut mencoba untuk saling menyentuh, matahari tampaknya membakar mereka
berdua saat naik.
“Ahh!”
Moral Lee Hyun juga
naik.
Siapapun yang
melihat indahnya matahari terbit tersebut dapat merasakan komitmen mereka
meningkat, Lee Hyun bukanlah pengecualian.
‘Tahun ini aku harus
mendapatkan lebih banyak uang!’
Matahari telah
terbit sepenuhnya jadi tak mungkin untuk membedabedakannya lagi.
Lee Hyun
mengembalikan tatapannya pada pangkuannya dan memfokuskan pada Seoyoon.
Dia entah bagaimana
menjadi lebih cantik di bawah sinar matahari yang menyinarinya. Karena aspek
alkohol, pandangan tersebut menjadi sedikit diperkuat.
Pada jarak sedekat
ini, dia tampak seolah-olah dia adalah
bayi yang sedang tidur.
Lee Hyun membungkuk
dan mengambil sepotong kayu di dekatnya. Dan lengannya mengeluarkan pisau
kecil.
Sagaksagak.
Dia mencoba untuk
mengukir Seoyoon tertidur nyenyak.
Keterampilan
berguna yang dia pelajari di Royal Road membuatnya lebih mudah baginya untuk
memahat.
Membuat
Masterpiece, Classic, atau Magnum itu tidak mungkin, tapi terlepas dari Nilai
Artistik, dia masih bisa memahat selama dia memiliki pengendalian ketenangan
dan kehendak.
Meskipun tetap
saja, pada kenyataannya, dia masih tidak memiliki Zahab’s Sculpting Knife.
Bahkan jika dia
mengerahkan usahanya yang terbaik, tidak mungkin dia bisa menciptakan karya
yang luar biasa.
Namun, karena
pengalaman yang tak terhitung jumlahnya dan komitmen, karya itu menjadi mirip
dengan apa yang ingin dia buat.
Lee Hyun dengan
hati-hati mengukir
Seoyoon yang tidur.
Komentar
Posting Komentar