LMS Volume 12 Chapter 5


Volume 12 Chapter 5 – Identitas Lee Hyun Terbongkar

Hari kedua MT.
Pagi datang, bersama dengan sekelompok suara aneh datang dari tenda.
“Kkeueung, kkeung.”
“Heuheoheoheoheok!”
“Ma… pahaku.”
Nyeri akibat setelah berlari kemarin.
Bahkan dengan rasa sakit yang terjadi selama event tersebut, itu tidak sebanding dengan sakit otot pada hari berikutnya!
“Semuanya bangun. Sudah pagi!”
Masing­-masing profesor pergi ke tenda-­tenda untuk membangunkan semua orang.
Dengan mata yang begitu sempit karena kantuk, mereka bergerak untuk membasuh wajah mereka dan bergegas untuk mempersiapkan sarapan.
Setiap kelompok menganggukkan kepala mereka dengan megah pada makanan mereka.
Karena masalah kemarin, mereka hanya memiliki ramen karena mereka tidak memiliki kemauan untuk memasak bahan­bahan lain, hari ini, ada berbagai macam makanan.
Chigeulchigeul. (mendesis)
Memanggang daging babi, dan juga membuka sebotol sari buah apel.
“Bolehkah saya minum Soju?”
Beberapa siswa bertanya pada profesor dengan napas serak.
Minum di pagi hari tidak dimaafkan selama MT! Para profesor memperbolehkan.
“Silahkan! Minum saja dan lihat apakah kau bisa menahan latihan neraka hari ini!”
Mereka menjadi lesu dan mengembalikan Soju ke dalam kotak sekali lagi.
Dalam kelompok Lee Hyun, dia menggunakan bahan sisa rebusan sup, bersama dengan lauk dibumbui kimchi daun sawi.
Dia menanak nasi di sotdanji sampai asap tebal menguap, sampai beras tersebut tampaknya gosong, kemudian mereka diizinkan untuk makan.
“Hyeong, makanan ini benar­-benar yang terbaik!”
Choi Sang Jung memberi dua jempol.
Min Sura juga menelan makanan tersebut dan bertanya.
“Dimana kamu belajar memasak seperti ini?”
Itu telah lama ditetapkan bahwa pria ideal adalah mereka yang bisa membuat hidangan menarik. Jika kau bisa memasak hari demi hari terutama untuk seorang wanita, dia sudah pasti akan jatuh cinta padamu.
Jadi dari sudut pandang itu, belajar bagaimana memasak adalah sebuah pertolongan untuk seorang pria!
“Keterampilan memasakku meningkat selama bertahun-­tahun di rumah. Sudah lebih dari satu dekade.”
“Jadi kamu memasak sejak kecil? Dan kualitasnya sangat tinggi.”
“Karena keadaan. Dan aku belajar masakan yang lebih spesifik di Royal Road.”
Di Royal Road, ada keterampilan memasak yang terpisah. Tapi hanya mengandalkan hal itu tidak akan bisa menyelesaikan hidangan jadi dari awal sampai akhir.
Di realitas, bahkan hanya dengan penyesuaian yang tidak tepat air di rice cooker, kerusakan sangat besar. Pada poin itu, entah itu berubah menjadi bubur atau membuangnya.
Berlatih di Royal Road membantu mengurangi kesalahan­kesalahan ini dan bahkan bertindak sebagai analisis rasa.
Dengan demikian, untuk menyalin rasa dengan benar, itu diperlukan secara akurat menemukan peningkatan dalam resep dengan tepat.
Lee Hyun mempelajari resep­-resep tersebut berhari­-hari.
Mengingat bahwa berbagai bagian dalam resep di virtual reality tidak disalin secara tepat di dunia nyata.
Setelah sarapan selesai, pelatihan neraka dimulai lagi!
“Lari cepat berkelompok. Hanya 300 meter.”
“Uoooooooooooooo.”
Setelah kata­-kata profesor, keluhan para mahasiswa meluap.
Dengan kram di kaki mereka pada satu titik atau titik yang lain, mereka dipaksa berlari untuk 300 meter. Faktanya, jarak itu tidaklah panjang jadi berakhir dengan cepat.
“Hari ini tidak buruk. Bahkan tidak menghabiskan lebih dari 20 menit.”
“Para profesor juga memiliki hati nurani, huh.”
“Aku ingin kembali ke tidur lebih nyenyak.”
Percakapan mahasiswa sedikit santai.
Lalu seakan menanamkan lebih banyak kebencian, seorang profesor berbicara.
“Apakah latihan pemanasan selesai?”
Karena mereka terlalu memaksakan otot­-otot mereka saat berlari kemarin, pemanasan ini adalah untuk melepaskan ketegangan yang terpendam pada otot­-otot mereka!
Neraka yang sebenarnya pada jadwal pelatihan ini adalah mendayung perahu. Delapan orang naik sekaligus di perahu kayu.
“Aturannya sederhana. Dayung perahu kalian satu putaran memutari pulau.”
Karena profesor tak bisa mengawasi semua orang, mereka semua memakai pelampung.
Mereka juga menyewa perahu nelayan untuk memutari pulau, untuk mengawasi jika ada kecelakaan yang bisa terjadi.
Lee Hyun memeriksa detail dari perahunya.
‘Perahunya cukup tua. Menurutku itu berusia sekitar 10 tahun atau lebih. Aku tidak punya pengalaman apapun yang berkaitan dengan perahu, dicoba saja.҆
Lee Hyun mencoba untuk meraih dayung dan Choi Sang Jung mengambilnya terlebih dahulu.
“Hyeong, biarkan aku melakukan ini.”
“Apa kau yakin?”
“Ya, kau beristirahatlah. Kau bisa mengambil alih begitu aku lelah.”
Choi Sang Jung merasa tak enak telah membuat Lee Hyun untuk manahan semuanya sendirian sampai sekarang.
Sementara kelompok lain menderita, itu semua berkat Lee Hyun bahwa gaya hidup mereka saat ini sangat nyaman.
“Kkeungcha!” (mengerahkan kekuatan)
Choi Sang Jung mendayung. Kkulreong.
“Huh?”
Kkulreongkkulreong.
Dengan masing­-masing dayungan, perahu terhuyung­-huyung tanpa tujuan. Beruntungnya, perahu itu tenyata jauh lebih kuat daripada kelihatannya.
“Kiri, ke kiri!”
“Ah! Ombak datang ke arah sini!”
Ombak mendorong mereka ke arah yang berlawanan dengan satu putaran yang mereka inginkan. Setiap kali ombak datang, ombak itu mengguncang perahu tersebut dan memperlambat kecepatan mereka untuk melaju.
Choi Sang Jung dan Park Sunjo bergantian mendayung perahu selama lebih dari 40 menit. Tiba-­tiba, punggung mereka basah kuyup dengan keringat.
“Mau bertukar denganku?”
“Ya, hyeong.”
Park Sunjo bangkit dari tempat duduknya dan bertukar dengan Lee Hyun.
Lee Hyun mencengkeram dayung dengan kedua tangan erat. Dan mendayung.
Kkulreong!
Perbedaan antara kekuatan yang dia kerahkan dan yang dikerahkan Choi Sang Jung terlalu banyak!
Perahunya sedikit miring sebelum kembali lurus.
Itu sulit karena fakta seseorang harus memperhitungkan ombak yang datang saat mereka mendayung.
Tidak mudah.
Lee Hyun menenangkan dirinya.
Dia berpikir itu akan menghabiskan lebih banyak kekuatan jika dia harus mencoba untuk memaksa melawan arus. Dia menyesuaikan kekuatannya dengan tepat agar dia tidak cepat lelah.
Bagaimanapun juga, dayung itu hanyalah perpanjangan dari lengan.
Ini seperti mengacungkan pedang mengikuti aliran. Tidak ada gunanya untuk melawan itu.
Lee Hyun mendayung dayung saat dia merasa kekuatan dorongan terhadap air.
Dia menerjang ombak yang mendekat dan membiarkannya untuk lewat.
Setelah itu dia sekali lagi menempatkan kekuatan yang wajar pada setiap dayungan.
Seureureureureureong.
Meskipun bukan dayungan yang sangat kuat, perahunya bergerak maju dengan mudah.
Tanpa gangguan pada perahu, perahu itu tidak terdorong mundur.
Itu tidak sebanding dengan nelayan yang berpengalaman, namun pergerakan perahu tersebut berada di dimensi yang berbeda dibandingkan dengan ketika Choi Sang Jung dan Park Sunjo melakukannya. Choi Sang Jung bertanya dengan penasaran.
“Hyeong, apa kau pernah berlayar sebelumnya?”
Tentu saja, Lee Hyun belum pernah naik perahu sebelumnya. Mereka adalah sesuatu yang berada di luar jangkauannya.
Meskipun ada kemungkinan jika itu adalah perahu penangkap udang. Meskipun itu adalah semacam skenario kasus terburuk dari pekerjaan.
“Aku merasakan nuasa dayung.”
“Huh?”
Bagi Lee Hyun itu adalah sebuah jawaban yang mudah, tapi karena kalimat filosofis itu dibentuk dari berbagai pengalamannya saat dia menderita, tidak begitu bagi orang lain.
Jika kau tidak tahan pekerjaan fisik maka kau akan menderita ketika mengalaminya.
Seperti bekerja keras menyekop. Setelah periode usaha yang luar biasa, itu menjadi lebih mudah saat seseorang terbiasa pada hal itu.
Perahu bergerak maju dengan tenang setiap kali Lee Hyun mendayung.
Pulau ini memiliki alam yang masih alami dan laut biru yang luas!
Saat melakukan putaran, mereka bisa menikmati pemandangan yang ditawarkan Silmido.
Setelah itu, saatnya makan siang. Kemudian dilanjutkan dengan kompetisi olahraga. Para mahasiswa masih kelelahan, tetapi panas dari matahari masih tetap kuat.
Karena pemandangan laut dan udara segar, vitalitas yang tak terduga muncul dari dalam semua mahasiswa.
Sebuah hadiah dari alam.
Lee Hyun juga, bermain tanpa penyesalan. Sepakbola, gulat, dan bridge boxing.
Bahkan pada tingkat sedang dengan kekuatan dikurangi, jumlah skornya mewakili vitalitasnya yang luar biasa.
Berkat penampilannya, secara alami menarik perhatian orang lain.
Seorang mahasiswi, Park Sumin, tampaknya menyadari sesuatu dan menepukkan tangan.
“Itu benar! Aku yakin aku pernah melihatnya di suatu tempat.”
Lee Hyun mendengar dari sudut telinganya dan hatinya berdebar-­debar.
Apakah itu fakta bahwa aku adalah Weed?
Sampai sekarang itu tidak mungkin bahwa mereka bisa mengenalinya.
Wajahnya tidak terekspose di Continent of Magic saat itu, dan saat dia menjadi Orc Karichwi saat itu dia adalah seorang Orc.
Tidak peduli seberapa baik atau tajamnya mata yang seseorang miliki, tidak mungkin mereka mengenal Lee Hyun dari Orc itu.
Kemudian saat perburuan naga juga tidak mungkin.
Dalam hal ini dia adalah seorang Skeleton. Hanya menunjukkan tubuh kerangka dan wajah tanpa daging.
Kebenarannya tidak pernah dipublikasikan.
Baru-­baru ini KMC Media memulai program bernama ‘Weed.’
Tapi itu tidak pernah diungkapkan apakah itu Jeonshin Weed dari Continent of Magic atau bukan. Itu karena penilaian dari pihak penyiar untuk secara sengaja menyembunyikan identitasnya.
Konten dari Kerajaan Vampir Todeum adalah siaran utamanya.
Seorang pahlawan muncul dari Benua Versailles, Weed, untuk menantang tak bisa dipahami.
Untuk secara sengaja menjaga misteri Weed, mereka mengedit bagian saat dia keluar atau menyisihkan dia secara keseluruhan.
Dan Sculptor Weed tidak memiliki popularitas seluas itu! Meskipun itu baru dua minggu sejak program dimulai.
Berada di peringkat bawah, ada yang positif bahwa kemisteriusannya tetap terjaga. Karena Sculptor Weed bukanlah makhluk yang sepenuhnya tidak diketahui.
Tuan dari Morata, Count of Morata!
Mata­-mata dari guild terus­-menerus membuat tawaran pada seseorang yang dikenal sebagai Sculptor terbaik dari Benua Versailles.
Lee Hyun tau dia sekali lagi menjadi terkenal lewat patung­-patung miliknya.
Tapi meskipun popularitas Sculptor jauh dari Jeonshin Weed, hanya sedikit yang tahu bahwa keduanya adalah satu orang dan sama juga di Royal Road.
Bagaimanapun juga dalam kenyataannya, sangat sedikit orang yang bisa menjalin hubungan antara Lee Hyun dan mereka.
Park Sumin mengarahkan jarinya ke arah Lee Hyun.
“Aku pernah melihat dia sebelumnya! 2 tahun yang lalu!”
Semua dosen yang hadir dan para mahasiswa semua memfokuskan pandangan mereka pada dia! Wajah Lee Hyun mengerut.
“2 tahun lalu?”
Dia memiringkan kepalanya ke samping tapi tidak ada yang muncul dalam pikiran.
“Apa, dimana kau melihatku?”
“Apakah kau tidak ingat acara yang dulu?”
Semua orang merenung mencari alasan kenapa Park Sumin berbicara dengan nada percaya diri seperti itu.
“Princess Knight, kan?”
Princess Knight.
Dia mengunjungi adiknya dan mengikuti tiga acara di sekolah itu.
Di antara acara­-acara itu ada salah satu acara yang disebut ‘Princess Set.’
Kemudian, Park Sumin mencoba untuk mengingat video yang dia lihat di di internet dan mengatakannya untuk melihat siapa lagi juga masih ingat. Selama waktu itu, gerakan Lee Hyun sangat luar biasa.
Dia berlari melintasi rintangan yang bergerak cepat, dan memecahkan balon air menggunakan tinju dan kakinya. Kemudian menggunakan lompatan dan melompat melewati tembok.
Karena fakta bahwa acara itu menarik banyak peserta karena hadiah uang, video tersebut tersebar luas lebih lanjut di internet karena ada banyak pemirsa.
“Pr..Princess Knight?”
“Ah, Kalau begitu kau adalah orang dari festival itu.”
Dari Park Sumin mengingat-­ingat cerita tersebut, orang­-orang mulai mengingat acara tersebut.
Wajah Lee Hyun mengerut. Bagi dia, memiliki julukan sebagai ‘Princess Knight’ bukanlah sanjungan.
“Kau salah orang. Aku bukan orang itu.”
Sebuah kebohongan!
Tapi Park Sumin mengangguk.
“Tentu saja kau adalah Princess Knight. Meskipun video itu hanyalah sebuah cuplikan, kau masih memiliki wajah yang sama, sekarang dan saat itu.”
“Yah, jangan terlalu yakin.”
“Wajah yang kau gunakan untuk menyangkal itu tak bisa dipercaya sama sekali.”
“……”
Pada poin ini, Lee Hyun dijuluki sebagai Princess Knight dan terukir dalam baja.
“Ayo, minum. Princess Knight!”
“Ya, Senior.”
Pada akhir event atletik ditutup dengan pesta minuman.
Ini bisa dianggap sebagai sebagai acara terakhir dari MT.
Popularitas Lee Hyun dasarnya meroket sebagai hasil dari itu. Bersama dengan para profesor memanggilnya untuk mendekat, banyak mahasiswa juga mendekati dia beberapa kali.
“Jadi kau Lee Hyun huh. Kau sangat tak terduga pada setiap tugas…… ngomong­-ngomong, kau melakukan pekerjaan yang bagus di MT ini. Sekarang, ambil minuman ini.”
“Baik, profesor.”
Lee Hyun mendekati profesor dan minum alkohol yang ditawarkan tanpa menyisakan setetespun. Melakukan demikian untuk mendapatkan kredit dari profesor agar bisa membuat kehidupan kuliahnya lebih menguntungkan.
Sanjungan melalui semangat minum!
Untuk yang kuat mengurus yang lemah, dan yang lemah menjadi kuat!
Ada sesuatu yang salah dengan pepatah lama ini.
Tapi itu hukum yang wajar bagi orang untuk menjalaninya.
“Lee Hyun Oppa. Tolong bantu aku disini.”
“Apa itu.”
“Tolong menyalakan api disini.”
Ada motif dibalik mereka untuk secara mendasar mengubah cara menyapa dia. Sebagian besar dari mereka, termasuk mahasiswa tahan semester, dengan hati-­hati mengubah cara mereka menyapa dia dengan Oppa.
Tapi dengan kurangnya kepekaan Lee Hyun, dia tidak bergeming. Dia mengeluarkan kata­-katanya sekering padang pasir.
“Gunakan pematik.”
Lee Hyun memasang ekspresi wajah nakal. Namun demikian, para siswa tidak menyerah.
“Aku ingin melihatmu membuat api dengan menggunakan kayu.”
Mereka yang bertindak dingin terhadap dia sebelumnya juga menunjukkan minat mereka.
“Kemarilah.”
“Kami mengundangmu minum.”
Dengan motif bersama­-sama dengan Lee Hyun, para senior memanggil dia.
Terutama para senior perempuan, karena dia merasakan intensitas mereka dalam tatapan mereka.
Mata terfokus pada kuda jantan yang kuat!
Dengan keuletan dan kelompok yang cukup besar, dia tidak punya pilihan selain dalam diam pergi kemana suara-­suara itu berasal.
“Senioritas tidak begitu penting, ok?”
“Lihatlah otot­-otot kaki itu. Begitu padat. Hohoho.”
Lee Hyun tidak terbiasa dengan hal ini.
Dari sana­-sini, para mahasiswa baru dan senior lainnya mengobrol sambil tertawa bersama dengan minuman di tangan.
“Whew. Jangan bercanda. Mendayung perahu itu benar-­benar sulit, kau tau.”
“Namun berkat senior, kami bisa menyelesaikan MT dengan baik.” Lebih banyak keakraban!
Meskipun mereka telah mencapai kelelahan ekstrim mereka, dengan mengatasi kesulitan dan kerja keras tersebut, para mahasiswa baru dan para senior membentuk rasa hormat satu sama lain.
Entah itu acara bakat atau pelatihan neraka, dalam beberapa jam atau lebih, mereka semua akan meninggalkan semuanya di belakang dan tak akan ada yang tersisa kecuali kenangan indah mereka.
Jadi mereka semua berbagi minuman saat malam makin larut.
Pada jam 11 malam, satu per satu, mereka semua tertidur karena kelelahan.
****
“Huaa.”
Lee Hyun terbangun dan menghirup udara segar.
Meskipun tadi malam dia tampaknya telah minum terlalu banyak sampai mabuk, tidak ada perubahan dalam jadwal pagi miliknya.
“Dan sekarang, kita akan kembali.”
Dia sedikit kecewa, tapi sepertinya dia mendapatkan motif yang dia miliki.
Faktanya adalah segera setelah dia kembali ke rumah, dia log in kembali ke Royal Road.
Absen selama tiga hari dua malam, dia yakin bahwa banyak hal­-hal yang telah dikembangkan.
Dia sekali lagi akan masuk ke dalam bayangan dalam kegiatan subversif dari seorang dark gamer dengan menghasilkan uang melalui quest­ dan ­item dengan rekan-­rekannya yang ambisius, dan ini akan menjadi tidak lebih dari sekedar mimpi.
Itu adalah medan pertempuran yang sengit bukan hanya sebuah permainan! Lee Hyun harus kembali ke dunia itu.
Hari ini, aku mungkin punya sedikit waktu untuk pergi ke Dojang. Perlu melakukan sedikit latihan pagi.
Lee Hyun keluar dari tempat tinggal sementara itu.
Dia merenggangkan otot­ototnya yang kaku dengan bergerak dan berniat untuk berlari. Tapi sama seperti kemarin, dia melihat Seoyoon duduk di atas batu.
Kapan itu terjadi?
Lee Hyun mendekati dia dan berbicara.
“Hai.”
“……”
“Kenapa kau bangun pagi sekali?”
“……”
Masih tidak ada jawaban. Lee Hyun dalam diam duduk di sampingnya, dan itu saja saat dia tetap duduk.
Setelah Lee Hyun duduk di atas batu tersebut.
Pikirannya masih gelisah karena dia berpikir tentang tidak bisa berolahraga, sehingga dia tidak ingin hanya dalam diam duduk di sana.
Lee Hyun tidak lagi berbicara, sementara Seoyoon masih ragu-­ragu mencoba untuk menemukan apa yang harus dikatakan.
Meskipun dia benar-­benar ingin berbagi banyak hal, dia tidak tahu dimana untuk memulai atau berapa lama menunggu diantara setiap balasan.
30 menit dalam keheningan.
Cheosseokcheosseok!
Suara ombak di sekitar mereka bisa terdengar, bersama dengan teriakan burung­burung camar. Meningkatnya kecemasan Lee Hyun berbanding lurus dengan meningkatnya perasaan Seoyoon tentang kenyamanan.
Saat sapaan angin bertiup, hari itu menjadi lebih cerah. Mereka menyaksikan matahari terbit di atas cakrawala!
Tiba-­tiba, ada sentuhan lembut di bahu Lee Hyun. Itu tak dapat menang melawan kepala Seoyoon yang mengantuk yang bersandar di atasnya.
Karena ini adalah hari kedua dia tidak bisa tidur dengan baik, serta dengan fakta bahwa dia lelah karena minuman beralkohol.
Dan disini, temannya yang bisa dipercaya, Lee Hyun, menghadirkan kenyamanan dari ketegangan yang terbentuk dan membuat dia tidur secara spontan.
Segeunsegeun.
Irama pernapasan Seoyoon terdengar di telinga Lee Hyun.
Dengan setiap hembusan napas, Lee Hyun bisa merasakan jantungnya sendiri bereaksi pada hal itu saat detakannya meningkat karena ketegangan.
Di tempat ini, hanya ada Lee Hyun dan Seoyoon.
Meskipun para mahasiswa masih tidur di pantai berpasir, mereka berada di jarak yang jauh.
Selain itu, Seoyoon sudah melayang ke negeri mimpi, tampaknya mabuk karena minuman dari hari sebelumnya.
Dengan kata lain, itu adalah kesempatan yang diberikan oleh surga!
Tidak ada cara lain selain mengatakan bahwa Seoyoon tak berdaya dalam keadaan ini dihadapan Lee Hyun.
Mata Lee Hyun dipenuhi dengan niat membunuh.
Kau memperlakukanku seperti alat, huh. Dan saat aku flu kau menyuapi aku dengan bubur pembunuh ke tenggorokanku!
Ini adalah kesempatan emas untuk membalas dendam.
Seperti yang terlihat dia tertidur sangat lelap, Lee Hyun bisa mengangkat dia dan melemparkan dia ke laut.
Menyimpan dendam tanpa akhir!
Namun, benak Lee Hyun segera menyingkirkan pikiran itu. Meskipun dendam akan mendebarkan, dia takut masalah yang akan datang di masa depan.
Aku tidak tau bagaimana dia akan bertindak setelah aku melemparkan dia ke laut!
Tetap saja, dalam gejolak internalnya dia memperhatikan dengan hati­-hati agar tidak membangunkan Seoyoon. Kemudian sebuah pikiran melintas.
Biarkan aku menyesuaikan sedikit agar kamu bisa tidur lebih nyaman.
Lee Hyun dengan lembut mengangkat kepala Seoyoon dan meletakkannya di pangkuannya. Setelah itu, dia mengamati wajah Seoyoon secara detail.
Pasti ada bagian yang jelek di suatu tempat.
Dia masih belum menyerah pada dendamnya yang kekanak-­kanakan.
Pertama kali Lee Hyun melihat wajah Seoyoon adalah di rumah instruktur Training Hall.
Tetapi karena dia melihat tanda ‘pembunuh’ selama kejadian itu hingga dia tidak memeriksa kecantikannya secara lebih rinci.
Meski demikian, fragmen wajah Seoyoon tetap ada dalam pikirannya hingga dia menggunakannya untuk memahat Patung Freya.
Gambaran yang dia miliki pada waktu itu memang indah.
Tapi dia tidak tau bahwa kecantikan tersebut melebihi apa yang telah dia bayangkan.
Pertemuan kedua dimana dia melihat Seoyoon berada di Lands of Despair, dimana kecantikannya bersinar cerah lagi.
Kemudian, pada saat­-saat mereka mempertaruhkan nyawa mereka di wilayah utara, dia mencuri­-curi pandang pada Seoyoon di waktu luangnya.
Tetapi setiap kali dia melihat Seoyoon, dia terus memancarkan daya tarik. Itu bukan karena Seoyoon menjadi semakin dan semakin cantik.
Dia sudah cantik sejak awal. Itu karena semakin cermat dia melihat wajahnya, semakin banyak kecantikan yang dia lihat dari dirinya.
Mata, hidung, alis, dahi, dagu dan bibir.
Tak mungkin untuk menggapai sosoknya.
Sambil bertanya-­tanya bagaimana bisa sesuatu teramat sangat indah seperti itu, daya tarik baru muncul kapanpun dia memperhatikannya.
Tidak peduli seberapa lama dia menatap wajahnya, dia tidak merasa bosan karena pemandangan itu. Dengan masing­masing pemandangan untuk dikagumi, dia tidak punya pilihan selain untuk menatapnya!
Lee Hyun ingin menemukan kekurangan dalam wajah Seoyoon.
Dia membungkuk begitu dekat sehingga dia bisa merasakan setiap napasnya, sebuah kesempatan yang langka untuk melakukannya karena dia masih tidur.
Kulit. Yah, itu sempurna. Tidak ada satupun kerutan dan aku bahkan tidak bisa melihat satupun poripori. Bagaimana bisa kulit manusia memiliki kualitas seperti susu seperti ini? Fitur wajah. Bagus. Ini adalah rasio emas yang sempurna dari penempatan jika aku memahat. Alis panjang… bagaimana bisa rambutnya bahkan memiliki penempatan teratur seperti ini?
Mencoba untuk menemukan suatu kecacatan wajahnya, bahkan jika itu hanya bagian kecil yang jelek dari dirinya, tidak berhasil.
Baik, aku akui wajah ini sangat bagus. Bagaimana dengan tempat yang lain…..
Mata Lee Hyun meluncur ke bawah. Dia kira­-kira bisa melihat sosoknya melalui gaun tersebut. Dan disini masih sama, dia tidak bisa menemukan kecacatan.
Tinggi dan langsing, tubuhnya juga bagus.
Betis, paha, dan bahkan garis pinggang yang halus.
Bahkan jari-­jari kaki yang keluar dari sandal juga indah! Lee Hyun tidak membenci wanita.
Dia hanya ingin menghindari hubungan dengan seseorang karena akan ada uang yang harus dikeluarkan. Tapi pemikiran ini telah berubah sedikit setelah memperhatikan Seoyoon.
Jika itu adalah dia maka itu kemungkinan tak masalah mengajak dia ke toko Kimbap. Tidak tunggu. Jika aku melakukan hal itu maka itu akan buruk jika dia mengembangkan kebiasaan ingin pergi kesana. Oh ya, kurasa aku bisa mentraktir dia di warung udon atau sumthin!
Ini adalah sedikit dari perubahan yang signifikan dalam dirinya.
Lee Hyun masih memberikan Seoyoon bantal pangkuan bahkan saat matahari sepenuhnya muncul. Matahari terbit dari laut adalah sebuah pemandangan yang spektakuler untuk dilihat.
Karena fakta bahwa kemarin pagi dipenuhi dengan kabut hingga dia tak bisa melihat matahari terbit, tetapi hari ini, tak ada satupun awan di langit yang bisa dilihat di cuaca yang cerah ini.
Dari dimana langit dan laut mencoba untuk saling menyentuh, matahari tampaknya membakar mereka berdua saat naik.
“Ahh!”
Moral Lee Hyun juga naik.
Siapapun yang melihat indahnya matahari terbit tersebut dapat merasakan komitmen mereka meningkat, Lee Hyun bukanlah pengecualian.
Tahun ini aku harus mendapatkan lebih banyak uang!
Matahari telah terbit sepenuhnya jadi tak mungkin untuk membeda­bedakannya lagi.
Lee Hyun mengembalikan tatapannya pada pangkuannya dan memfokuskan pada Seoyoon.
Dia entah bagaimana menjadi lebih cantik di bawah sinar matahari yang menyinarinya. Karena aspek alkohol, pandangan tersebut menjadi sedikit diperkuat.
Pada jarak sedekat ini, dia tampak seolah-­olah dia adalah bayi yang sedang tidur.
Lee Hyun membungkuk dan mengambil sepotong kayu di dekatnya. Dan lengannya mengeluarkan pisau kecil.
Sagaksagak.
Dia mencoba untuk mengukir Seoyoon tertidur nyenyak.
Keterampilan berguna yang dia pelajari di Royal Road membuatnya lebih mudah baginya untuk memahat.
Membuat Masterpiece, Classic, atau Magnum itu tidak mungkin, tapi terlepas dari Nilai Artistik, dia masih bisa memahat selama dia memiliki pengendalian ketenangan dan kehendak.
Meskipun tetap saja, pada kenyataannya, dia masih tidak memiliki Zahab’s Sculpting Knife.
Bahkan jika dia mengerahkan usahanya yang terbaik, tidak mungkin dia bisa menciptakan karya yang luar biasa.
Namun, karena pengalaman yang tak terhitung jumlahnya dan komitmen, karya itu menjadi mirip dengan apa yang ingin dia buat.
Lee Hyun dengan hati­-hati mengukir Seoyoon yang tidur.


Komentar