The Legendary Moonlight Sculptor Volume 6 Chapter 8 Bahasa Indonesia
Volume
6 Chapter 8 – Teman Aneh
Setelah Weed menyelesaikan urusannya di
Kerajaan Rosenheim, dia menuju ke Lands of Despair lagi.
Namun kali ini dia menunggangi kuda. Itu adalah
kuda jenis biasa dengan harga murah, dikenal karena perawakannya yang pendek,
kaki pendek dan berotot dan daya tahan yang bagus.
Orang-orang yang ingin menghasilkan kesan yang
bagus biasanya akan memilih seekor kuda berwarna hitam polos atau putih polos.
Tetapi Weed sudah pasti bukan salah satu dari mereka, jadi dia memilih seekor
kuda sederhana berwarna coklat.
“Oke. Ayo pergi. Ayo, larilah!”
Dengan keras menghentak tanah, kuda itu
langsung berlari.
Di area berbatu atau rawa, kuda bukanlah alat
transportasi terbaik, tetapi di dataran yang dilewati oleh Weed, kuda tak bisa
ditandingi.
“Ya. Itu setimpal dengan uang yang
dikeluarkan.”
Dia menikmati perjalanan yang cepat dan nyaman.
Sekarang Weed bisa mengerti kenapa orang lain
membeli kuda. Tetapi dia masih tak nyaman karena mengeluarkan uang-uang itu!
Jadi dia harus terus menerus menghibur dirinya sendiri tentang hal itu.
“Investasi yang tepat adalah satu-satunya cara
untuk sukses.”
Meskipun dia hanya mengeluarkan 3 gold untuk
membeli kuda, dia harus terus-menerus memuji barang miliknya yang baru dibeli
agar tidak merasa menyesal. Dia melakukan segala hal untuk menekan sifat
serakahnya.
Tetapi apapun alasannya untuk memuji, kuda
tersebut benar-benar sebuah investasi yang layak, seolah-olah memungkinkan dia
untuk berpergian jauh lebih cepat daripada ketika dia menggunakan skill
Quadrupedal Run.
Dalam satu hari dia mencapai perbatasan dan
masuk ke Lands of Despair, lalu dia mengubah arah dan mulai bergerak dengan
pola yang aneh. Lands of Despair memiliki medan yang bisa dilewati dan
visibilitas yang luas di segala arah, tetapi Weed menunggangi kuda tersebut ke
tenggara selama satu jam, lalu berbelok tajam dan melaju ke arah timur laut.
Membuat pola zigzag, dia perlahan-lahan
mengarah ke timur, ke arah benteng Dark Elf, meskipun dia harus menghabiskan
waktunya yang berharga dengan berkeliaran tak jelas maksudnya.
Beberapa jam kemudian Weed bertemu dengan
sebuah party yang berburu di Lands of Despair. Oberon dan rekan-rekannya baru
saja menyelesaikan pertempuran dan sedang beristirahat. Tentu saja mereka siaga
dan menyadari si pengendara kuda yang mendekat.
“Apa yang…”
“Ada seorang solo player yang datang kesini!”
Semua orang di party Oberon berbalik dan
menatap Weed dengan terkejut.
Ketika mereka memasuki Lands of Despair, mereka
harus melawan para monster hampir tanpa henti. Jika di Kerajaan Rosenheim
mereka bisa pamer bahwa mereka bisa mengalahkan monster apapun, disini lain
lagi ceritanya. Mereka merasakan seperti apa pertempuran yang sebenarnya.
Abyss Knight, Lightning Caster, Poison Lord,
Dark Dancer, Night Lord! Dan masih banyak lagi monster lain dengan level 350,
yang bisa memasang jebakan, melakukan penyergapan, mengeluarkan sihir mematikan
dan memanggil pasukan untuk membantu mereka dalam pertempuran.
Dataran ini adalah tantangan yang sebenarnya
bagi party mereka, beberapa kali ketika mereka bertemu monster diatas level
400, hanya dengan usaha yang luar biasa yang mencegah perburuan mereka berakhir
seketika. Dengan berjalannya waktu mood dalam party tersebut menjadi semakin
dan semakin suram.
Jadi itu tak mengherankan bahwa saat Oberon
melihat Weed, matanya membentuk lingkaran sempurna.
“Disini berbahaya. Ini adalah Lands of Despair…
Cepatlah berbalik dan pergilah dari sini secepat yang kau bisa! Jika tidak,
kami lebih baik mengawalmu kembali.”
Oberon benar-benar seorang pria yang mulia. Dia
siap untuk melindungi orang lain bahkan saat dia sendiri diserang. Profesi
Warrior sering dipilih oleh orang yang baik, sopan dan terbuka.
Tetapi Weed sangat jauh dari orang seperti itu.
Bisa dikatakan bahwa dia adalah kebalikannya.
Weed hanya menunggangi kuda melewati mereka.
Dia sepenuhnya mengabaikan para player itu, tetapi tidak untuk item-item yang
ditinggalkan mereka, sama seperti pada pertemuan mereka sebelumnya!
Dia bahkan tidak turun dari kudanya untuk mengambil
item-item itu, dia hanya membungkuk untuk mengumpulkan item-item itu kedalam
kantong pelananya, sambil berpegangan pada kuda hanya dengan kakinya.
‘Aku pasti mendapatkan semuanya.’
Setelah mengambil item-item itu, Weed
melanjutkan perjalanannya ke timur.
“Huh? Dia pergi begitu saja?”
“Apa dia tidak menyanyangi hidupnya?”
Para player dari party berburu tersebut hanya
melihat dia menjauh dengan menunggangi kudanya.
“Semua orang bebas untuk memilih cara mereka
sendiri untuk mati.”
“Sungguh, ada orang yang suka melakukan
perjalanan kemana-mana sendirian.”
Namun Pluto, Oberon, Haisyns dan beberapa
veteran yang lain tidak buru-buru mangambil kesimpulan. Perilaku Weed bukanlah
sikap dari seseorang yang akan mati dalam waktu dekat.
Beberapa pemikiran melintas pada benak Oberon.
Dia ingat bagaimana mereka bertemu dengan Soulless Wolf tepat setelah melewati
perbatasan, dan bagaimana mereka melihat seorang Orc yang aneh yang mengambil
semua item yang ditinggalkan setelah pertempuran.
“Mungkinkah….”
Pluto menatap Oberon.
“Orc itu!”
“Jadi itu adalah seorang player?”
“Jika itu adalah seorang player, lalu…”
Mereka saling mengangguk satu sama lain.
“Player itu yang bisa berubah menjadi seorang
Orc… Hanya satu orang yang muncul dalam pikiran.”
Sekarang para player yang lain juga memahami
apa yang Oberon maksudkan. Bagaimanapun juga party ini terdiri dari para player
berlevel tinggi yang bersemangat tentang Royal Road.
“Hall of Fame!”
“Orc dari video itu!”
“Dia tampak berbeda kali ini, tetapi itu adalah
dia! Wajah yang sama-sama mengerikan.”
“Benar. Tak ada Orc di dalam game yang sejelek
Orc yang satu ini!”
“Jadi event itu terjadi di Lands of Despair!”
* * *
Meskipun kali ini Weed melakukan perjalanan
dengan menunggangi kuda, suasana hatinya tidak sebagus yang dia harapkan. Dalam
perjalanan dia menyadari ada jejak-jejak dari party yang berburu, atau lebih
tepatnya item-item yang mereka tinggalkan.
Weed bisa melihat dengan jelas, tetapi tidak
bisa mendekati hingga cukup dekat untuk mengambilnya. Ada monster yang kuat
yang tinggal di area-area itu yang akan sulit untuk dihadapi sendirian. Selain
itu, party itu datang melalui area-area seperti itu, dimana jumlah monsternya
disana adalah yang paling banyak.
Sekilas dataran itu tampak seperti kosong,
tetapi itu adalah kesan pertama yang menyesatkan. Setiap jenis monster memiliki
wilayahnya sendiri-sendiri, dengan berjalan memasukinya, para player akan
diserang oleh monster-monster yang menghuni wilayah tersebut. Wilayah-wilayah
ini tersebar di seluruh Lands of Despair, membentuk sebuah labirin yang rumit.
Weed memiliki salinan peta, oleh karena itu dia
bisa menghindari area-area yang berbahaya. Namun bahkan dengan peta dan kuda,
dia harus mengikuti jalur yang berliku-liku yang mana hal itu sangat
memperlambat dia.
Setelah seharian berpacu tanpa henti, kuda itu
mulai mengeluarkan busa di sudut mulutnya. Kuda itu kelelahan. Terutama karena
Weed membawa patung Orc yang sangat berat didalam salah satu tasnya.
Biasanya pemilik kuda akan merawat tunggangan
mereka: mengelus, menghibur, memberi makan wortel, dan tentu saja membiarkan
mereka beristirahat ketika mereka lelah.
Namun Weed malah memaksa kudanya untuk terus
berlari.
“Ayo, larilah. Kau bisa melakukannya.
Bagaimanapun juga kau adalah spesies pelari, tidakkah kau merasa kecewa bahwa
kau tidak pernah benar-benar mencapai batasmu?”
Setelah itu dia tiba-tiba mulai memukul
punggung kuda itu dengan tempo tertentu. Dan kuda itu mulai berlari sedikit
lebih cepat, mengerahkan sedikit tenaganya yang masih tersisa. Namun setelah
beberapa saat, kecepatannya mulai menurun lagi.
“Itu sulit, bukan? Bertahanlah sedikit lagi.
Ketika kita sampai, kau akan bisa beristirahat sebanyak yang kau mau.”
Si kuda mempercayai kata-kata itu, berhenti
memperlambat kecepatan dan mengerahkan lebih banyak usaha untuk berlari.
Suara lembut dan statistik Charisma serta
Leadership miliknya membantu dia untuk meyakinkan si kuda malang untuk berlari
kedepan dengan harapan segera mencapai tujuan mereka.
Namun, tak peduli seberapa lama kuda itu
berlari, tak ada tanda-tanda dari tujuan mereka dan Weed tidak membiarkan kuda
itu melambat.
“Ayo, sedikit lagi.”
Si kuda terus berlari.
“Hampir sampai.”
Si kuda masih mempercayainya.
“Tinggal sedikit lagi.”
Sikap Weed terhadap tunggangannya sangat
mengerikan. Dia memeras seluruh tenaga dari kudanya.
Pada akhirnya si kuda tidak bisa menahan
perlakuan semacam itu lebih lama lagi, melangkahkan beberapa langkah terakhir
dan jatuh ke tanah, benar-benar kelelahan.
Setelah memeriksa si kuda yang terengah-engah
dan menyadari bahwa dia tidak akan bisa menungganginya lagi, Weed melepaskan
tas-tas miliknya dari kuda itu dan berkata:
“Sekarang kau bebas. Pergilah kemanapun kau
mau. Semoga beruntung.”
Dia mengeluarkan patung Orc kecil. Dia tidak
punya waktu untuk menunggu kuda itu memulihkan tenaganya, jadi dia beralih ke
cara dia bepergian yang semula.
“Sculptural Shapeshifting!”
Perjalanan ke Kerajaan Rosenheim menghabiskan
waktu 7 hari. Tetapi sekarang, dia telah melewati sebagian besar dari
perjalanannya dengan menunggangi kuda dan menghemat kekuatannya, kali ini akan
berkurang setengah waktu yang dibutuhkan.
“Chwiik! Chwiik!”
Si Orc mini menuju ke timur.
Waktu yang dia miliki benar-benar sempit.
Terakhir kali dia mengunjungi semua desa-desa pengasingan di pusat Lands of
Despair. Sekarang dia harus mengunjungi sebanyak mungkin desa pengasingan yang
terpencil.
Jika menghitung perjalanan kembali ke benteng
Dark Elf, itu akan membutuhkan sekitar 12 hari.
“Dan aku punya 15 hari sampai peperangan
dimulai.”
Setelah menyimpulkan bahwa dia memiliki waktu
yang cukup, Weed melanjutkan berlari, tiba-tiba, dia melihat seseorang berdiri
di sebuah bukit. Orang tersebut berdiri dengan punggungnya menghadap pada Weed
dan menatap sesuatu yang berada di luar jangkauan pandangan Weed.
“Seorang player? Bagaimana bisa… Tidaklah mudah
untuk sampai kesini. Itu pasti seorang penduduk desa. Chwiit!”
Desa-desa pengasingan tersebar diseluruh Lands
of Despair. Dan meskipun tempat ini penuh dengan monster, mereka memiliki
semangat hidup yang tinggi, para penduduk desa pergi berburu dan keluar dari
desa untuk urusan yang lain. Itu tidaklah aneh untuk bertemu salah satu dari
mereka disini.
“Chwiik, apa ada desa didekat sini?”
Saat dia semakin mendekat, dia melihat lebih
banyak detail tentang orang yang berdiri dibukit itu. Postur yang anggun,
rambut sepinggang.
‘Itu pasti seorang wanita.’
Meskipun Weed hanya bisa melihat punggungnya,
naluri sebagai seorang Sculptor miliknya memberitahu dirinya bahwa wanita itu
pasti sangat cantik. Seorang wanita yang memandang matahari terbenam. Bukan,
seorang gadis muda.
Memutuskan bahwa itu bukanlah urusannya, Weed
melanjutkan untuk berlari. Gadis itu sudah pasti bisa mendengar dirinya, namun
gadis itu tak memberi perhatian pada Weed, jadi dia memutuskan untuk berlari
melewati si gadis begitu saja.
Sambil berlari menaiki bukit, Weed menyadari
sesuatu di sudut bidang pandangannya. Seekor monster besar seperti banteng
berlari ke arah yang sama.
“Hunter of Plains!”
Itu adalah salah satu dari beberapa jenis
monster yang tidak tinggal di suatu wilayah tertentu. Hunter of Plains
berkeliaran di seluruh Lands of Despair, memburu orang-orang atau bahkan
kadang-kadang monster.
Penduduk desa mengatakan bahwa mereka adalah
warrior sekitar level 320 yang dikutuk oleh mantra kegelapan dan berubah
menjadi monster dengan HP yang tinggi dan kemampuan yang tak menyenangkan untuk
mengurangi sedikit Vitality milik player dengan setiap serangan.
Fitur yang terakhir membuat mereka sangat sulit
untuk dihadapi.
Weed bersiap untuk pertempuran yang sulit.
“Sialan. Aku bahkan belum mempertajam pedang
atau memoles armor….”
Dia terfokus pada berlari, jadi dia sama sekali
tidak mempersiapkan diri untuk pertempuran. Dan perbedaan diantara bertarung
dengan persiapan dan bertarung tanpa persiapan sangatlah besar.
Jika dia bertemu monster di medan datar, dia
bisa memutari monster tersebut. Tetapi di tanjakan seperti ini, dia menyadari
itu sudah terlambat dan tak mungkin untuk menghindari pertempuran.
Namun si Hunter of Plains tidak menuju ke arah
Weed, tetapi kearah si gadis yang berdiri di puncak bukit!
Monster itu memburu si gadis.
‘Bagus. Aku bisa melarikan diri saat mereka
bertarung… Oh, tidak, aku tidak bisa lari!’
Awalnya Weed lega dan hendak menggunakan
kesempatan itu untuk melarikan diri, namun kemudian dia ingat ciri lain dari
monster jenis itu. Hunter of Plain selalu mengejar mangsa mereka hingga akhir.
Setelah monster itu menghabisi si gadis,
monster itu akan mengikuti Weed sampai berhasil menangkapnya. Dan hal itu
kemungkinan besar akan terjadi ketika Weed kelelahan, yang mana akan membuat
bertarung dengan monster itu menjadi lebih sulit lagi.
Jadi hal terbaik yang bisa dilakukan adalah
menghadapi monster itu sekarang juga. Selain itu monster ini memiliki titik
lemah tertentu.
‘Semetara dia sibuk dengan gadis itu, aku akan
menyelinap dari belakang dan menikamnya.’
Si Hunter of Plain mengarahkan tombaknya pada
si gadis.
Weed menguatkan pegangannya pada glaive. Dia
mengandalkan pada membuat serangan tunggal yang kuat, yang kemungkinan besar
akan berakibat fatal.
Dia pikir dia sudah merencanakan untuk segala
kemungkinan. Namun pada saat-saat terakhir, si gadis berputar dengan kecepatan
yang luar biasa dan menghunus pedangnya! Bilah tersebut bersinar dan tampak
seperti terbagi menjadi 3 pedang yang berbeda, yang mana dengan segera
menyerang si Hunter yang hendak menusukkan tombaknya.
Detik berikutnya, si monster telah tewas.
Gadis itu menatap Weed.
Ketika mata mereka bertemu, Weed tertegun.
Weed mengenal dia.
Sangat mengenali dia!
Itu adalah Seoyoon.
“Chwi, chwiik…”
Dia membeku dengan glaive terangkat dalam
posisi menyerang. Dari samping, itu tampak seperti seorang Orc jelek akan
menyerang seorang gadis yang sendirian.
* * *
Setelah meninggalkan Kerajaan Rosenheim,
Seoyoon pergi untuk melakukan perjalanan panjang yang berakhir di Lands of
Despair.
Di dalam game, dia adalah seorang Berserker,
yang memungkinkan dia untuk menguasai segala macam senjata. Namun kekuatan
sejatinya akan muncul ketika bertarung untuk durasi yang lama. Player dengan
profesi itu tidak akan pernah lelah dan sebaliknya, menjadi semakin kuat ketika
mereka melihat lawan mereka berdarah.
Seoyoon bertarung seperti sebuah mesin
pembunuh, seperti bagaimana mestinya Berserker sejati. Tak peduli siang atau
malam, dia tanpa kenal lelah berburu dan membunuh monster satu demi satu, hanya
meninggalkan mayat dibelakang.
Kadang-kadang, selama perjalanannya dia
terjebak di pusat suatu dungeon dan terbunuh sebagai hasilnya. Bahkan seorang
player seperti dirinya, yang bertarung non-stop sejak peluncuran Royal Road,
tidak bisa menang melawan musuh dengan jumlah yang sangat banyak.
Tetapi hal itu tidak mengganggu dia. Kehilangan
level dan level skill tidaklah penting. Terlebih lagi, dia lebih suka bertarung
melawan monster tanpa mengurusi skill-skill miliknya.
Namun dia tidak bisa bermain selama 24 jam
setelah kematian, jadi dia berusaha untuk tidak mati, dia berusaha untuk menang
dalam semua pertarungan.
Meskipun itu bukanlah poin utamanya. Dia hanya
membutuhkan pertempuran untuk mengeluarkan rasa frustasi yang telah terkumpul!
Untuk membalas dendam!
Dan monster-monster tak bisa menemukan kilatan
belas kasihan pada matanya yang dingin.
‘Musuh.’
Seoyoon menyadari Orc itu, yang mendekati
dirinya dengan glaive ditangannya dan menatap lurus pada Orc itu.
Dia tidak santai sedikitpun, karena pertempuran
baru bisa dimulai kapan saja. Pedang ditangannya berpaling ke arah target yang
baru.
* * *
Seoyoon.
Setelah mengenali dia, Weed membeku di tempat.
Cantik. Dia sudah melihat Seoyoon sebelumnya,
tetapi sekarang saat dia bertemu lagi dengannya, dia tidak bisa mengalihkan
tatapannya, kecantikan Seoyoon menusuknya terlalu dalam.
‘Seorang manusia tak mungkin secantik ini…’
Itu tampak seperti wajahnya bersinar. Mata,
mulut, hidung — segalanya sangat harmonis, memenuhi wajahnya dengan pesona yang
luar biasa.
Setelah melihat Seoyoon begitu dekat, Weed
merasakan keputusasaan. Dia menciptakan begitu banyak patung, tetapi tak
satupun dari patung-patung itu yang mencerminkan kecantikannya dengan benar.
Jika memungkinkan, dia ingin menatap Seoyoon
seperti ini sepanjang hari. Dia tidak akan pernah merasa bosan.
Tetapi sekarang ini bukanlah waktu yang terbaik
untuk melakukan hal itu. Dia harus pergi dari sini, sebelum sesuatu yang
mengerikan terjadi.
Jika dia diketahui sebagai player yang telah
membuat patung dari dirinya tanpa ijin, dia mungkin akan berakhir seperti
Hunter of Plain tadi.
Tak peduli seberapa kuat Weed menganggap
dirinya sendiri, Seoyoon memiliki level yang sangat tinggi bahkan sejak
pertemuan pertama mereka. Dan semua item-item yang dia pakai memiliki level
diatas 300.
‘Masalah.’
Selain itu, situasinya sangatlah rawan. Orc
memegang sebuah glaive menyerang seorang gadis yang sendirian.
Weed menelan ludah. Tentu saja, dia hanya perlu
menjelaskan hal itu pada Seoyoon dan membersihkan situasinya.
“Chwi, Chwiik!”
Weed buru-buru dan gelisah, tetapi yang keluar
dari mulutnya hanyalah suara khas Orc yang tak berguna!
“Chwichik…”
“Chwi-i-i-it!”
Setiap kali dia berusaha untuk mengatakan
sesuatu, dia malah meludah ke arah Seoyoon!
Dan kemudian dia merasakan suatu aura ganas
memancar dari tubuh Seoyoon. Seolah-olah Seoyoon sudah mencingcang Weed dalam
pikirannya. Hal itu membuat tubuhnya menjadi kaku dan kakinya gemetar. Sesuatu
yang menekan dan mengintimidasi.
Nafas kematian!
Tekanan yang luar biasa itu membuat Weed
berpikir bahwa dia akan mati bahkan jika dia menjelaskan situasinya. Tetapi dia
setidaknya bisa berusaha. Dia harus memberitahu Seoyoon bahwa dia adalah pria
yang pernah berbagi makanan dengan dirinya di rumah intruktur.
Meskipun fakta itu mungkin tidak menghentikan
Seoyoon, bahkan mawar yang paling indah juga memiliki duri. Bagaimanapun dia
sudah memiliki tanda merah dari seorang PK pada pertemuan pertama mereka.
Dia adalah PK pertama yang Weed temui di Royal
Road.
‘Siapa sangka bahwa di Lands of Despair aku
akan bertemu orang yang tak pernah aku harapkan untuk bertemu lagi.’
Sejak pertemuan yang mengesankan di meja makan
itu, sosok gadis cantik namun dingin itu telah tercetak dalam ingatannya.
Setiap kali Weed menciptakan patung baru, dia berusaha memberi ekspresi yang
berbeda pada wajah Seoyoon dalam imajinasinya. Dia berusaha untuk memenuhi
bidadari yang dingin ini dengan kecantikan yang lebih hidup.
“Chwiik!”
Weed membuka matanya lebar-lebar dan menatap
Seoyoon dengan tegas.
Jika lawannya adalah seorang pembunuh, fakta
bahwa dirinya adalah seorang player juga, mungkin hanya akan mendorong Seoyoon
untuk menyerang. Tetapi hal itu mungkin juga mencegah dia dari menyerang.
‘Bisakah aku mengalahkan dia?’
Bahkan jika dia mengerahkan segala kekuatannya,
dia masihlah jauh dibawah Seoyoon dalam segi level dan kualitas equipment. Pada
pandangan pertama, menilai dari item-item milik Seoyoon, Weed berada sekitar 70
level dibawahnya.
‘Beberapa bulan yang lalu BadRay telah mencapai
level 370. Sekarang dia pasti sekitar level 390. Meskipun level Seoyoon sedikit
lebih rendah, dia masihlah berada diantara player top!’
Weed tidak takut pada player dengan level yang
lebih tinggi dari pada levelnya, dia menutup perbedaan tersebut dengan skill-skill
kerajinan miliknya, statistiknya yang tinggi dan Sculpture Mastery!
Namun bagi dia yang memulai untuk bermain demi
mendapatkan uang, musuh terburuknya adalah para PK.
Mereka adalah para bandit.
Sementara player biasa seperti Weed,
berpartisipasi dalam quest-quest dan pertempuran yang sulit untuk mendapatkan
item, para pembunuh berlatih untuk bertarung melawan player. Dan pada akhirnya
mereka membunuh player lain dan mengambil semua item-item korban-korbannya!
Meskipun dia sudah punya pengalaman menghadapi
Dwichigi Quartet, yang mana berakhir dengan kemenangannya, kasus saat ini
sangatlah berbeda.
Seoyoon akan menjadi seorang lawan yang sulit.
Seoyoon telah melalui pelatihan yang sama di
Training Hall seperti yang dia lakukan, jadi dia tidak bisa terlalu
mengandalkan pada peningkatan statistik. Dan dia tidak bisa menggunakan
keuntungan rahasia miliknya, pengasahan pedang dan pemolesan armor. Selain itu,
sebuah profesi petarung seperti Seoyoon, pasti juga memiliki beberapa skill
yang tidak dia ketahui.
Weed tidak melihat adanya jalan keluar!
Namun, Weed semakin mempertajam tatapannya. Dia
harus menunjukkan bahwa situasi seseungguhnya berkebalikan dengan situasi saat
ini! Setidaknya dia memiliki kekuatan yang sama dengan Seoyoon, atau mungkin
lebih kuat! Dan kemudian menggunakan kesempatan yang ada untuk melarikan diri!
Weed sudah mempersiapkan 36 skenario yang
berbeda untuk melarikan diri.
Namun, kemudian Seoyoon menurunkan pedangnya
begitu saja, berbalik dan melanjutkan perjalanannya.
Weed tidak bisa memahami apa yang baru saja
terjadi. Bagaimana bisa Weed tau, bahwa Seoyoon hanya melawan monster yang
menyerang dia terlebih dulu! Dimatanya, Seoyoon tidak melihat adanya ancaman,
jadi dia tidak melakukan apa-apa pada Weed.
Weed yang kebingungan segera sadar.
‘Ngomong-ngomong, aku tak punya waktu untuk hal
ini.’
Dia melanjutkan berlari ke arah Pegunungan
Yuroki.
Namun Seoyoon juga bergerak. Dan secara
mengejutkan, mereka pergi ke arah yang sama. Oleh karena itu beberapa hari
kemudian, jalan mereka berseberangan lagi.
Awalnya Weed tidak bisa memahami bagaimana hal
itu bisa terjadi. Dia berlari secepat yang dia bisa selama 2 hari non-stop,
tetapi Seoyoon sedikit lebih cepat dari dirinya.
Namun kemudian dia menyadari. Dia harus
menghindari semua monster dan wilayah-wilayah mereka, sambil mengunjungi
desa-desa pengasingan pada saat yang sama.
Tentu saja jalurnya jauh lebih panjang dan
lebih sulit. Tak seperti dirinya, Seoyoon berjalan lurus, melawan semua monster
yang ada dijalannya.
“Chwi, chwiik!”
Weed merasa hatinya terluka.
Dia mengerahkan segala usahanya untuk berlari,
tetapi mereka masih bergerak dengan kecepatan yang setara! Dan Seoyoon
terus-menerus memburu monster dan mendapatkan exp serta item.
Ketiga kalinya mereka bertemu di Lembah Yunopu.
Sejak saat itu mereka melakukan perjalanan bersama-sama. Seoyoon tidak
mempedulikan si Orc yang mengikuti dirinya, dia hanya terus berjalan.
Lembah Yunopu terletak di bagian utara Lands of
Despair. Dua gunung kembar yang menarik para pengembara, seperti sepasang pintu
raksasa. Selain lembah diantara kedua gunung itu, satu-satunya jalan untuk
sampai ke sisi lain adalah memutari atau mendaki gunung itu yang mana hal itu
akan jauh lebih sulit.
“Aku tak punya banyak waktu, Chwiik!”
Weed memutuskan untuk melintasi Lembah Yunopu.
Dia sedikit khawatir tentang mengikuti Seoyoon,
jadi dia memutuskan untuk menjaga jarak untuk menghindari bahaya. Atau monster
lebih tepatnya.
Area ini dihuni oleh para Yeti raksasa. Mereka
memiliki bulu putih yang tebal yang membuat mereka kebal terhadap sihir es.
Selain itu mereka memiliki level 340!
Mereka dulunya tinggal di pegunungan, namun
diusir oleh monster lain yang lebih kuat, jadi mereka berpindah ke lembah yang
kebetulan adalah rute populer bagi para pemburu di Lands of Despair.
“Apa boleh buat! Harus bertarung melawan para
Yeti.”
Weed memutuskan untuk melewati lembah itu dan
sekarang sedang menonton Seoyoon mendemonstrasikan keterampilan pedang miliknya
yang luar biasa saat melawan Yeti.
“Dia kuat…”
Sambil berlari melintasi Lands of Despair, Weed
menghindari sebagian besar monster, namun di Lembah Yunopu dia harus menghadapi
Yeti. Dia harus bertarung!
Bahkan dengan skill-skill kerajinannya, setiap
pertempuran membutuhkan semua skill miliknya. Selama pertempuran HP miliknya
jatuh sampai tingkat kritis, tetapi sekarang ini Weed mengalahkan mereka.
Tampak seperti pertempuran itu tidak
membutuhkan banyak usaha bagi Seoyoon. Menggunakan teknik miliknya, dengan
keanggunan yang luar biasa, Seoyoon membunuh beberapa Yeti sekaligus.
Tentu saja dia memiliki level yang lebih tinggi
dan equipment yang lebih bagus daripada Weed, tetapi Weed menyadari sesuatu
yang lain. Skill.
Royal Road adalah sebuah game virtual reality.
Disini, tak peduli seberapa tinggi level skill dan kemampuan seseorang, hanya
dengan menggunakan skill-skill dan kemampuan itu secara efektif, seseorang bisa
menyadari potensial penuh dari profesinya.
Hal itu bisa di demonstrasikan pada sebuah duel
antara seorang Monk dan seorang pendekar pedang, dua profesi yang paling
populer diantara para player. Player yang menggunakan pedang akan berusaha
untuk menjaga lawannya pada jarak tertentu selama duel, sementara Monk akan
melakukan sebaliknya, berusaha mendekat sedekat mungkin.
Jika skill-skill mereka berada pada tingkat
yang sama, hasil dari duel akan bergantung pada taktik, reaksi dan sedikit
keberuntungan mereka. Dan dalam hal ini, petarung dengan pengalaman dan
keterampilan paling banyak, kemungkinan besar akan menang.
Tentu saja, hal itu tidak terlalu penting dalam
perburuan monster, meskipun para pemula yang tidak mau mempelajarinya sama
sekali, bisa saja terbunuh bahkan oleh monster terlemah.
Namun, bahkan petarung berpengalaman tidak akan
punya sedikitpun kesempatan menang melawan Weed yang menghabiskan sepanjang
tahun untuk mempelajari ilmu pedang.
‘Gerakan yang bagus.’
Weed mengagumi keterampilan pedang Seoyoon.
Teknik milik Seoyoon tidak teroganisir seperti
teknik miliknya sendiri. Ilmu pedang milik Weed tidak memiliki kelemahan
apapun. Dia secara tepat menggunakan semua otot-ototnya, mengkonsentrasikan
kekuatannya pada pertahanan atau serangan tiba-tiba.
Kadang-kadang Weed terbawa suasana dan masuk ke
dalam pertempuran, sepenuhnya melupakan pertahanan. Hanya mengandalkan pada
kelincahan dan reaksinya, menunjukkan kemahiran yang luar biasa, dia
menghujankan serangan pada musuhnya, mengalahkan mereka cepat atau lambat.
Tetapi Seoyoon bertarung dengan cara yang
berbeda. Dia memikirkan tentang pertahanan dan serangan pada saat yang sama.
Ketika dia melihat kelemahan — dia menyerang, ketika dalam bahaya — bertahan.
Tentu saja, dia mengembangkan taktik itu
melalui banyak pertempuran melawan monster, yang mana manyebabkan keahliannya
pada akhirnya mencapai batasnya. Tetapi Weed tetap iri pada dia. Dalam
pertempuran Seoyoon tampak seperti dia sedang menari. Kerena kelincahannya, dia
bisa melancarkan serangan yang hanya bisa dilakukan oleh seorang wanita.
Ketika situasinya memungkinkan, Weed melihat
tindakan gadis itu dengan perhatian penuh.
‘Dia benar-benar suka berburu!
Meskipun sepanjang waktu ini dia tidak
mengatakan apa-apa dan selalu bertarung dengan ekspresi dingin yang sama.
Tampak seperti hal itu mengatakan bahwa monster-monster mengerikan ini bukanlah
tandingannya.
Namun Weed melihat sesuatu yang lain.
Jauh di dalam wajah cantiknya yang dingin
tersembunyi kesedihan. Suatu beban dalam hatinya.
Sejak pertemuan pertama mereka, sambil
menciptakan patung, Weed sering berpikir tentang apa sebenarnya yang ada dalam
hati Seoyoon. Dia tidak punya banyak pengalaman dalam memahami perasaan orang
lain saat itu dan tidak bisa menyadari hal-hal seperti itu.
Sekarang dia bisa memahami perasaan orang lain
lebih baik dan bisa menyadari perasaan-perasaan tersembunyi itu.
‘Kenapa dia begitu sedih?҆”
Weed berusaha untuk memandang dia lebih dekat
lagi.
Meskipun dia terpikat oleh rahasia Seoyoon,
hanya dengan menatap dia sudah bisa memberi perasaan senang. Weed belum pernah
melihat seorang gadis secantik itu sebelumnya, hingga dia tidak bisa mereplika
kecantikan itu pada sebuah patung bahkan setelah begitu banyak mencoba.
Sambil menatap dia, Weed menyadari sesuatu yang
lain lagi.
Seoyoon tidak pernah mengincar kepala lawan.
Meskipun Yeti memiliki tinggi lebih dari 2 meter, sementara gadis itu sekitar
1.67 meter, dengan pedang dia akan bisa menyerang kepalanya.
Weed sudah pasti akan mengincar kepala, karena
kepala adalah bagian yang memiliki pertahanan paling rendah dan menyerang
kepala kemungkinan besar akan menjadi serangan critical.
Tetapi Seoyoon tidak pernah memukul wajah.
Tampak seperti dia bahkan tidak melihat wajah mereka. Dia hanya menggunakan
teknik-teknik yang tersedia untuk membunuh lawannya secepat mungkin.
‘Dia tidak melihat ekspresi mereka? Mungkin dia
takut untuk melihat mereka kesakitan…. Tidak, kemungkinan besar ada alasan yang
lain.’
Karena Weed mengikuti Seoyoon, dia tidak harus
banyak bertarung. Dia akan melawan beberapa musuh yang mencoba menyerang gadis
itu dari belakang.
“Chwiik, exp!”
Kulit Yeti adalah item kelas atas dan memiliki
harga jual yang tinggi. Selain itu bulu mereka tampak sangat mengesankan dan
pakaian yang terbuat dari kulit itu sangat hangat.
“Chwichichichit!”
‘Jika aku mengambil semuanya — aku bisa
melupakan tentang cuaca dingin. Aku akan menjahit pakaian dan bahkan
mendapatkan uang tambahan.’
Weed tenggelam dalam perburuan dan mengumpulkan
kulit Yeti.
“…..”
Seoyoon terus bertarung dan tak mempedulikan
rekannya yang tak terduga. Sekarang ketika dia berbalik, dia selalu melihat ada
seorang Orc dibelakangnya.
Seoyoon masih tidak mengatakan apa-apa, dan
Weed menganggap itu wajar. Dia tidak mendengar Seoyoon berbicara sebelumnya
juga. Selain itu, bahkan player biasa tidak akan berbicara padanya sekarang ini
karena dia berubah wujud menjadi Karichwi.
Meskipun awalnya Weed sedikit khawatir
mengikuti dia, Weed dengan cepat menyadari bahwa Seoyoon tidak akan menyerang
dirinya. Hal itu menjadi jelas setelah dia mengamati Seoyoon selama beberapa
saat dan melihat bahwa Seoyoon berusaha menghindari bertarung melawan Yeti yang
memiliki anak.
‘Bagaimana bisa dia menjadi seorang pembunuh?
Dan dia bahkan tidak harus berjalan-jalan dengan ekspresi yang dingin seperti
itu.’
Weed sangat penasaran, tetapi karena dia tidak
suka orang lain mengusik kehidupan pribadinya, dia berusaha untuk tidak
mengusik kehidupan pribadi orang lain. Jadi satu-satunya hal yang tersisa untuk
dia adalah berburu dan mengumpulkan item, sambil berjalan melewati Lembah
Yunopu. Lembah tersebut tidak memiliki persimpangan atau jalan yang lain, hanya
ada satu jalan lurus dan sangat panjang. Dan itu akan membutuhkan 4 hari lagi
untuk melintasinya menurut peta.
Setengah hari kemudian Seoyoon berhenti untuk beristirahat.
Dia mengeluarkan roti gandum yang dia kumpulkan saat berada di Kerajaan
Rosenheim dan mulai mengunyahnya perlahan-lahan.
Weed menghormati Seoyoon karena hal itu.
“Ya, untuk mengurangi pengeluaran, seseorang
harus memulainya dari makanan. Jika kau melakukan hal itu, kau bisa
mengumpulkan uang yang banyak. Uang adalah kekuatan. Seseorang harus terus
menabung, maka dia tidak akan pernah kehabisan.”
Tetapi tak seperti gadis itu, Weed tidak hanya
makan roti gandum.
Karena skill memasaknya yang tinggi, dia bisa
mengumpulkan bahan-bahan selama berburu dan kemudian dengan sedikit bumbu,
memasakan makanan yang lezat dan nyaris gratis. Yang mana tidak hanya memuaskan
rasa laparnya, tetapi juga memperkuat statistiknya.
Weed menyalakan api, menusuk daging Yeti pada
tongkat kayu dan mulai perlahan-lahan memanggangnya diatas api. Aroma lezat
segera menyebar disekitar dia.
“Chwiik!”
Ketika sudah matang, Weed memegang salah satu
tongkat tersebut dengan kedua tangannya dan mulai makan. Si Orc kurus itu makan
dengan nafsu makan yang besar.
Kepuasanmu meningkat.
• Stamina naik sebesar 40%
• HP naik sebesar 15%
Kamu memakan daging Yeti yang memiliki
kekuatan yang besar.
Sebagai hasilnya, Strength milikmu telah naik
sedikit selama periode tertentu.
|
Skill memasak tahap Intermediate!
Beberapa orang menggunakan timing yang tepat
dan jumlah bahan-bahan yang pas. Tetapi Weed mencapai segalanya melalui latihan
dari memasak makanan dalam jumlah yang banyak untuk party yang dulunya dia
komando.
Jadi bahkan hidangan yang paling simpel yang
dimasak oleh Weed, rasanya sangat lezat. Selain itu makanannya sedikit
meningkatkan statistik.
“…..”
Sambil makan, Weed menatap Seoyoon. Dia
berpikir bahwa Seoyoon akan melanjutkan perjalanan setelah makan roti itu dan
Weed harus mengejar dia. Bagaimanapun juga di lembah yang penuh dengan Yeti,
bahkan rekan yang paling tidak serasi sangatlah penting.
Namun, dia sangat terkejut, gadis itu berdiri
hanya berjarak beberapa langkah dari dirinya, menatap Orc itu. Atau lebih
tepatnya menatap daging di tangannya. Daging Pangang Yeti yang lezat
mengeluarkan aroma yang lezat juga!
“Chwiik!”
Weed tertegun selama beberapa saat, namun
kemudian dengan cepat menyerahkan tongkat daging panggang yang lain pada
Seoyoon. Weed bisa berburu daging dan memotong tongkat lain dari cabang kayu,
semua ini tentunya tidak sepadan untuk membahayakan nyawanya.
Sejak saat itu, Seoyoon selalu bergabung dengan
Orc kecil itu untuk makan. Dalam perjalanan ini, Weed secara tak terduga benar-benar
menjadi koki pribadi Seoyoon.
Meskipun dia tidak berpikir hal ini cukup adil.
‘Jika aku tidak berbagi makanan, dia mungkin
akan memakanku…. Dia adalah seorang pembunuh yang sebenarnya.’
Komentar
Posting Komentar