The Legendary Moonlight Sculptor Volume 3 Chapter 7 Bahasa Indonesia
Volume
3 Chapter 7 – Pemula yang Bodoh
“Ini tak masuk akal!” Chung Il Hoon
berteriak.
Dia tidak pernah menghentikan keputusan Ahn
Hyundo sebelumnya tetapi kali ini dia tidak bisa diam saja.
“Lawannya adalah seorang pemula. Pendekar
pedang pemula tidak tau bagaimana untuk menggunakan pedang dengan benar dalam
sebuah pertarungan!”
“Argh, Hoon! Aku tidak menanyaimu. Aku
berbicara pada lawanku! Kau akan mengganggu duelku!” Suara Ahn Hyundo menggema
di dalam dojo.
Sejujurnya, tak seorangpun bisa menghentikan
Ahn Hyundo. Jika mereka mencoba, maka mereka akan menjadi subjek penolakan yang
parah.
Mereka tidak bisa mengambil resiko itu.
Para instruktur terdiam, menatap Lee Hyun
agar menolak usulan tersebut.
‘Akan lebih baik jika kau melarikan diri
sekarang daripada dihajar.’
Berkompetisi dengan pedang asli…
Ketika bertarung dengan pedang asli, secara
harfiah siapapun, tak peduli seberapa terampil, akan merasa ketakutan.
Namun, Lee Hyun berdiri tegak.
Ahn Hyundo memuji dia.
“Itu bagus. Kau tidak mundur. Sama seperti
seorang pria sejati. Sun Hoon, pergi ke ruanganku dan bawakan dua pedang di
dinding. Kau tau kan dimana pedang itu berada?”
“Boss…”
Masalahnya telah semakin memburuk.
Pedang-pedang baja itu sangat bagus untuk memotong.
Chung Il Hoon merasakan bahwa hasil dari
pertarungan akan sangat mengerikan.
****
‘Sebuah pedang…’
Lee Hyun berdiri memegang pedang asli. Dia
merasa seolah pikirannya telah jernih dan dia baru saja sadar.
‘Huh, kenapa aku disini?’
Lee Hyun datang dari rumah sakit untuk pergi
ke toko buku.
Kemudian dia melihat dojo tersebut. Dia tidak
datang kesini untuk bertarung, dia hanya ingin menjernihkan pikirannya dari
rasa frustrasi.
Berlatih dan mengeluarkan keringat sangatlah
menyegarkan.
Menantang dojo.
Bertarung dengan pedang.
Lee Hyun tidak keberatan.
Pedang kayu vs pedang kayu.
Itu adalah pertandingan yang adil.
Tak ada alasan untuk menolak.
Lawan pertamanya sedikit lemah, karena dia
merasa bahwa teknik lawan sedikit lemah. Latihan kekuatan tidaklah diperlukan
dalam jalan menjadi lebih kuat.
Seseorang harus menggunakan potensi kekuatan
dari otot dengan baik. Hal ini muncul ketika seseorang memanfaatkan pernafasan
dan fleksibilitas inti tubuh.
Lawan pertamanya kekurangan dalam area itu.
Penantang yang lain muncul setelah lawan
pertama telah kalah. Melawan seorang ahli pedang dengan banyak pengalaman, Lee
Hyun mencari titik lemah.
Ilmu pedang yang berorientasi pada
pertahanan.
Namun, hal itu tidak sempurna. Pada saat itu
juga, dia mampu menemukan kecacatan.
Mempertimbangkan kecepatan pergerakan pedang
lawan, Lee Hyun menggunakan perbedaan itu untuk menyerang titik lemah.
‘Ini berkat Royal Road. Aku telah bertarung
lebih dari puluhan ribu kali.’
Game virtual reality.
Dalam Royal Road, jika semua orang menjadi
master pedang, maka dunia akan penuh dengan orang kuat.
Kebanyakan player biasanya mengandalkan skill
dan mekanis game bukannya tubuh mereka sendiri untuk bertarung. Seseorang
seperti Lee Hyun yang dengan sungguh-sungguh mempelajari pedang untuk bermain
game sangatlah jarang ditemukan.
Jadi dia mengalahkan praktisi kedua.
Tetapi kemudian penantang yang lain muncul.
‘Kenapa kau tidak mau aku menang? Kenapa
mereka ingin mengalahkan aku?’
Dia marah. Dia tidak tau bahwa matanya tampak
seperti milik serigala kelaparan, memprovokasi orang lain.
Tangguh seperti binatang!
Menggunakan semua kekuatannya sampai mereka
terpojok.
Dia mencengkeram pedangnya.
‘Keren…’
Lee Hyun menggelengkan kepalanya saat dia
mengambil pedang tersebut.
Saat dia mengambil pedang, dia tidak bisa
diam. Pada saat itu, rasanya setiap sel dalam tubuhnya bergejolak.
Sampai sekarang, dia merasa seolah-olah dia
hanya melihat 20% dari segala sesuatu, sekitar 5 kali lebih kecil dari yang dia
lihat sekarang.
Di pagi hari, tubuhnya biasanya sangat
sensitif pada segala sesuatu di sekitar, dia sedang stres dan dalam suasana
hati yang gelisah.
Lee Hyun dengan tenang mengatur nafasnya.
Dia merasa seolah-olah hanya dengan memegang
pedang, pikirannya telah jernih.
Ahn Hyundo tidak segera menyerang.
Berkat hal itu, dia bisa beristirahat untuk
sejenak.
Momen yang sangat singkat.
Dia mengistirahatkan otot dan pembuluh
darahnya. Jantungnya menyebarkan oksigen ke seluruh tubuhnya.
Ditangannya, pedang tersebut terasa sangat
dingin, tetapi panas di dalam dadanya terus meningkat.
‘Jadi ini rasanya memegang pedang asli.’
Dia tampaknya tidak tau kenapa dia ada disini
dan dalam situasi ini. Dia datang hanya untuk mencari keringat dan tidak bisa
percaya apa yang telah terjadi.
‘Menyerah’
Hal ini tidak layak dilakukan. Tak ada
gunanya bertarung tanpa memiliki sesuatu yang harus diperjuangkan dan dia bisa
dengan mudah terluka dengan memegang pedang tersebut.
Dia meminta maaf dan mengaku kalah,
meletakkan pedangnya.
Lalu Ahn Hyundo mengamati mata Lee Hyun dan
berkata.
“Apa kau takut? Tidakkah kau punya keberanian
untuk bertarung? Tidak apa-apa. Hukum rimba menyatakan bahwa di alam liar,
binatang buas memutar ekor dan lari ketika mereka bertemu seseorang yang lebih
kuat daripada mereka.”
Lee Hyun marah.
Dia ingin bertarung.
Dalam sekejap, dia mengangkat pedang tajam
tersebut dan memegangnya dekat dengan dadanya.
Dia tanpa sengaja memutuskan untuk mengangkat
pedang meskipun telah bertarung lebih dari 9 kali.
*Chaeaeaeng*
Pedang itu mengeluarkan suara metalik.
Pedang logam tersebut mengeluarkan suara yang
sangat jelas.
Ahn Hyundo juga menerima pedangnya dengan
ringan saat dia mundur selangkah.
“Lebih baik letakkan pedang yang tak bisa kau
ayunkan. Kau telah mengayunkannya sekali tetapi kau mengayunkannya terlalu
keras. Mau mencoba ayunan kedua?”
Bukannya menjawab, Lee Hyun mengayunkan
pedang tersebut. Itu adalah 60% dari kecepatan ayunan yang asli tetapi itu
adalah serangan yang bagus.
*Janggang*
Mencengkeram pedang tersebut, dia bisa
merasakan getaran halus mengalir ke ujung jarinya.
Lee Hyun bisa mendengar suara yang jelas dari
pedang ditangannya.
‘Ini adalah pedang yang bagus.’
Dari mendengar pedang itu, dia merasa seolah-olah
pedang itu adalah bagian dari tubuhnya. Sampai batas tertentu, dia bisa tau
seberapa tajam pedang itu dan perbedaan kecil yang membuatnya pedang yang
bagus.
Ahn Hyundo memblokir serangan Lee Hyun dengan
sangat lembut, dan kemudian meningkatkan kecepatan pedangnya untuk menyerang.
Namun, karena khawatir terhadap cidera tubuh,
itu memungkinkan bagi Lee Hyun untuk mencegah serangan tersebut.
Jika ada pedang yang melayang ke arah tubuh
dari depan, maka ada banyak ruang untuk menghindarinya.
Ahn Hyundo menebas pedang Lee Hyun seperti
tirani.
Pedangnya mengayun dengan cepat. Dia menerkam
ke arah Lee Hyun seolah-olah dia adalah hewan buas yang siap membunuh.
Pedang Ahn Hyundo menusuk ke arah jantung Lee
Hyun.
Pedangnya!
‘Aku tidak mau mati!’
Lee Hyun menebas pedang Ahn Hyundo untuk
membelokkan jalurnya.
Pertimbangannya terhadap keselamatan lawannya
telah menghilang.
Dia berjuang untuk menghindari terkena
serangan dengan kehendaknya yang kuat untuk hidup.
Suara angin yang jelas.
Kilatan cahaya akan muncul di dekat dada
mereka saat pedang besi berbenturan.
Para praktisi hanya bisa bengong karena
melihat serangan ganas mereka.
“In..Instruktur! Ini harus dihentikan,
bukankah begitu?”
Para praktisi bertanya dengan cemas.
Chung Il Hoon tidak bisa mempercayai situasi
yang tengah terjadi ini.
Sangatlah sulit untuk menghentikan Lee Hyun
tanpa melukai dia.
Namun, untuk tingkat keahlian Ahn Hyundo, itu
adalah hal yang mungkin.
Bagi dia, itu adalah tugas yang mudah untuk
memukul pergelangan tangan, gagang pedang, atau melumpuhkan Lee Hyun secara
sementara dengan memukul titik fital didahi.
Itu adalah hal yang mudah bagi Ahn Hyundo
untuk menempatkan Lee Hyun dalam keadaan seperti itu, tetapi dia tidak punya
niat sedikitpun untuk melakukannya.
Dengan merinding di sekujur tubuhnya, dia
hanya bisa bertahan.
“Istruktur, pikirkan sesuatu! Pasti kau punya
ide tentang apa yang harus dilakukan…?”
“Entahlah. Tetapi kenapa aku begitu
khawatir?”
Chung Il Hoon tidak tau apa yang akan terjadi
setelah pedang digunakan dalam situasi ini. Setelah pedang-pedang itu
dikeluarkan, itu akan berbahaya untuk mencoba menghentikan situasinya.
Tetapi segera dia bisa tenang dan menonton.
Kedua pedang terus berbenturan.
Kekuatan Lee Hyun telah keluar dengan didorong
kehendaknya untuk hidup di depan lawan yang kuat.
Lebih keras, lebih kuat, lebih cepat.
Pemikiran-pemikiran ini pelahan-lahan
bangkit.
Lee Hyun telah sepenuhnya mengendalikan
seluruh tubuhnya sendiri. Hal ini menyebabkan tubuhnya untuk memberontak.
Chung Il Hoon menyaksikan saat Lee Hyun
berubah dengan mulai menembus lebih dalam ke dalam ilmu pedang.
Praktisi terampil bisa melihatnya dengan mata
mereka tetapi bahkan orang lain segera mulai merasakan sesuatu.
“Huh?”
“Itu sedikit berbeda.”
“Apa yang berubah?”
Ahn Hyundo memotong jalur untuk mencegah
serangan.
Tebasan pedang diagonal.
Lee Hyun merendahkan tubuhnya pada saat yang
sama untuk menghindari tertusuk oleh pedang tersebut, bergerak secara naluri
bukannya pikiran. Lee Hyun berjuang melawan keterampilan pertarungan pedang Ahn
Hyundo yang luar biasa tanpa ragu-ragu.
‘Kenapa kau bersenang-senang? Ini adalah
saat-saat yang berbahaya…!’ pikir Lee Hyun saat sudut mulutnya melengkung
membentuk senyum.
Dia sendiri tak mengetahui kenapa, dia
memutuskan untuk fokus pada duel.
Pertarungan pedang. Menantang orang lain
untuk bertarung. Pertarungan itu sendiri sudah bagus.
‘Aku terlalu banyak berpikir. Ketika aku
berada dalam pertarungan, aku tidak perlu berpikir…’
Ayunan pedang tersebut terasa bagus, ketika
Lee Hyun bergerak ke arah Ahn Hyundo dia mengayunkan pedangnya. Tubuhnya mulai
menunjukkan reaksi yang tak stabil.
Lee Hyun melepaskan pedangnya sepenuhnya
kelelahan, dia mengalami nyeri otot yang mengerikan dan kakinya lemas dan dia
tak bisa berdiri.
“Minumlah ini. Ini akan sedikit menenangkan
tubuhmu.”
Ahn Hyundo memberinya secangkir teh yang
memiliki aroma yang tajam.
“Ini enak.”
“Ya. Ini adalah teh ginseng liar dari Gunung
Baekdu.”
“Harganya pasti mahal…”
“Tak ada yang lebih berharga daripada tubuh,
benarkan?”
“Ya, itu benar.”
Lee Hyun langsung meminum tehnya. Dia meminum
teh sebotol setiap hari.
Itu baik untuk tubuh.
“Cepat sekali kau menghabiskannya. Tambah
lagi.”
“Terimakasih. Aku haus dan lelah.”
Lee Hyun meminum 5 cangkir teh.
Ahn Hyundo mengambil kesempatan untuk memulai
percakapan.
“Ahem, aku penasaran. Ini adalah pertama
kalinya kau memegang pedang, kan?”
“Ya.”
“Kau tidak terlalu panik. Namun, untuk
kehormatan 9 orang yang kau kalahkan, apa kau mempelajari pedang di tempat
lain?”
“Tidak seperti itu. Aku mempelajari pedang…”
Dia menceritakan tentang Royal Road.
Bagaimana dia menguasai pedang sambil berburu
monster dan bagaimana dia memukuli orang-orangan sawah.
Lee Hyun tidak percaya pada orang lain dengan
mudah. Dia tidak terbuka pada orang lain karena kenangan tentang bagaimana dia
menjalani kehidupan sampai sekarang. Namun, dia tampaknya mempercayai Ahn
Hyundo.
Selama masa-masa suram, orang-orang berusaha
menyembunyikan permasalahan mereka. Ahn Hyundo membantu orang-orang yang
membutuhkan dan orang-orang menjadi percaya dan bergantung pada dia. Seorang
pria yang percaya bahwa latihan lebih berharga daripada ribuan kata.
“Aku mengerti. kau pasti telah mengalami
perjuangan yang sulit untuk mengembangkan ilmu pedangmu.”
“Namun, berkat hal itu, aku berhasil
mempelajari dasar-dasarnya sampai sejauh ini.”
“Jadi kau bilang bahwa disana benar-benar ada
monster? Monster hidup yang bergerak yang bisa kau tangkap untuk mendapatkan
item dan uang… dan mendapatkan EXP? Apa di sana ada naga?”
“Ya, di sana ada naga…”
“Untuk saat ini, kau pasti lelah, jadi
beristirahatlah. Kuharap bahwa kau bisa datang ke dojo lain kali jadi kita bisa
bertanding lagi.”
“Selamat tinggal.”
Lee Hyun menyelesaikan istirahatnya dan
kemudian meninggalkan dojo. Kemudian Chung Il Hoon terkejut.
“Master kau tidak mau merekrut dia? Jadi kau
telah mengubah pikiranmu tentang membuat dia menjadi penerusmu?”
“Tidak, dia sedang sibuk dengan game nya.”
“Jadi kau akan membiarkan dia pergi begitu
saja?”
“Biarkan dia untuk sekarang ini. Kemampuannya
akan matang seiring waktu. Aku akan mengawasi dia untuk saat ini dan membimbing
dia. Namun, hal ini yang disebut Royal Road…”
Ketika Ahn Hyundo masih muda, pemikiran
tentang dunia fantasi telah merajalela. Pemikiran tentang orang-orang modern
bepergian ke dimensi lain untuk mendirikan kerajaan fantasi!
Atau bertemu pahlawan dalam legenda.
Ceritanya saat dia mengelilingi dunia hanya dengan keberanian dan melatih ilmu
pedangnya.
“Disana ada monster… dan Wyvern dan Naga!
Jadi bahkan ada Naga juga?”
“Ya? Setidaknya itulah yang telah aku dengar.
Meskipun tak seorangpun belum ada berhasil menangkapnya.”
Chung Il Hoon menjawab dengan sedikit gugup.
Dia tampaknya telah menebak apa yang Ahn Hyundo rencanakan.
“Pergi ke dunia fantasi, menjadi seorang
pahlawan, mengalahkan para Orc, membunuh naga. Kaisar? Menjadi Kaisar? …hmmmm!”
Dada Ahn Hyundo mengembang.
Itu adalah tempat terbaik untuk mempelajari
pedang. Pertanyaan sebenarnya adalah seberapa bergunanya pedang sebenarnya.
Mempelajari pedang tidak menjamin keinginan akan ketenaran dan kekayaan.
“Untuk melawan monster… Monster yang
mengancam manusia jadi… Hoon!”
“Ya, Master?”
“Itu membutuhkan kapsul kan?”
“Ya benar.”
“Pesan sekarang!”
“Baik Master!”
Chung Il Hoon dengan cepat mengeluarkan
teleponnya dan memesan untuk memasang kapsul, yang biasanya akan memakan waktu
dua sampai tiga hari. Dia membuat mereka memasangnya di hari yang sama.
Kapsul dipasang seperti yang dia minta.
Namun disana ada 5 kapsul bukannya 1.
“Apa ini?”
Dibawah tatapan tajam Ahn Hyundo, Chung Il
Hoon berterus terang.
“Itu adalah tugas dari murid untuk mengikuti
sang guru, bukankah begitu?”
“Jadi maksudmu kau dan yang lain akan
mengikuti aku ke Royal Road?”
“Ya.”
Para instruktur menjawab dengan berani.
“Bagaimana dengan dojonya?”
“Ini tidak seperti kita akan pergi ke negara
asing, dan bukankah ada instruktur bawahan?”
Ahn Hyundo terkikih.
“Jadi itu adalah permainan yang bagus sampai
kalian ingin bermain juga huh?”
“Master! Tolong beri kami ijin!” Mereka
berkata sambil membungkuk.
“Kalau begitu namaku adalah Geomchi, jadi Il
Hoon, namamu adalah Geomchi2.”
“Ya pak….”
“Dan kau adalah Geomchi3. Selanjutnya kau
Geomchi4.”
“Ya.”
Di Republik Korea, nama pengguna dari para
murid-murid aliran pedang dalam urutan
numerik.
“Keukkeuk.”
“Jadi aku dipanggil Geomchi4…”
Para instruktur lain berusaha untuk
menyembunyikan ledakan tawa mereka, tetapi mereka juga tidak bisa menghindari
nasib mereka.
“Lalu nama selanjutnya adalah Geomchi5.”
Mereka semua membungkuk ke depan dan
berterimakasih pada Master mereka.
Namun, keringat dingin muncul di punggung
mereka.
‘Sungguh nama yang kekanak-kanakan…’
‘Aku akan sangat malu untuk mengatakan namaku
kemanapun aku pergi!’
Ahn Hyundo memasuki kapsul dan membuat akun
dan karakternya. Lalu dia memberitahu murid-muridnya namanya dan bahwa dia
memulai di Benteng Serabourg dari Kerajaan Rosenheim.
“Oh, ini mengejutkan.”
Geomchi mengakses dunia tersebut dan berdiri
ditempat selama beberapa saat.
“Aku tidak pernah punya perasaan ini
sebelumnya.”
Dia bisa merasakan semuanya. Dia bisa melihat
dan mendengar orang-orang mengobrol dan tertawa di kota abad pertengahan.
Segala macam pembicaraan bisa didengar.
“Butuh 4 orang lagi di level yang sama.”
“Menjual kapak baja dengan harga murah!”
“Akan pergi ke desa-desa selatan untuk
berdagang, mencari Merchant lain yang mau ikut.”
Sniff.
Perut Geomchi menggeram saat aroma makanan
lezat mencapai hidungnya.
Dia memutar kepalanya dan melihat seseorang
membuat makanan.
“Jual makanan lezat dibuat dengan skill
memasak tahap Beginner level 7, Mung Beans yang lezat!”
Geomchi menelan ludah. Dia ingin memakannya
tetapi dia tidak punya uang.
Lalu yang lain log in.
Geomchi2, Geomchi3, Geomchi4, Geomchi5!
“Master, jadi kau login pertama.”
“Jadi kau disini!”
“Ya, kau juga disini!”
Dia menikmati mengajari murid-muridnya
bagaimana menggunakan pedang, tetapi melihat mereka di Royal Road meninggalkan
kesan yang berbeda.
Geomchi4 terkejut ketika dia melihat ke dalam
sakunya.
“Oh, Master!”
“Ada apa?”
“Aku punya 10 potong roti dan sebuah botol di
sakuku!”
“Ya, itu luar biasa. Mari kita coba rasanya
roti disini.”
Geomchi2, Geomchi3, dan Geomchi5 mengeluarkan
roti dari saku mereka dan menggigitnya.
Roti tersebut sangat hambar dan susah
dikunyah, seperti batu.
“Cuih, cuih! Ini tidak bisa dimakan. Apa
mereka makan ini ketika mereka pergi berburu?”
“Aku melakukan sedikit penelitian di
internet, ada banyak jenis makanan yang berbeda. Makanan tingkat lanjut sangat
lezat bahwa itu hampir meleleh dimulutmu. Itu seharusnya sangat enak.”
“Seperti yang diharapkan seseorang yang aku
namai Geomchi4! Kau sangat pintar.”
“Hehe, banyak yang bilang begitu.”
Geomchi4 tertawa, senang karena pujian
gurunya. Saat di dojo, dia disukai oleh praktisi lain karena agak blak-blakan
dan suka membantu.
Suasana hati para Geomchi yang login ke Royal
Road sangat senang dan riang, mereka sering tersenyum.
“Jadi untuk memakannya, kita hanya harus terus
mengunyahnya? Meskipun roti itu keras, rasanya seperti memakan biskuit.”
“Tampaknya itu terbuat dari gandum. Roti
gandum?”
Geomchi2 dan Geomchi3 memakan roti mereka dan
minum dari botol minum mereka.
“Jadi, ayo mulai?”
“Apa maksudmu? Kita harus pergi ke balai
pelatihan.”
“Lee Hyun, bukan, Weed mengatakan bahwa kau
tidak bisa pergi keluar selama 4 minggu.”
“Yah, mari kita lihat apakah Training Hall
itu bagus atau tidak!”
Kelima Geomchi mencari Training Hall. Ada
jumlah orang yang luar biasa yang berkeliaran di Benteng Serabourg jadi mereka
harus bertanya beberapa kali untuk menemukan Training Hall.
Di dalam bangunan tersebut sejumlah kecil
orang tengah menggunakan skill mereka pada orang-orangan sawah.
“Oh! Jadi begitu cara mereka menggunakannya.”
“Sungguh metode pelatihan yang ketinggalan
jaman yang mereka miliki di dojo ini. Tampaknya ini sebuah latihan sistematis
untuk meningkatkan stamina.”
“Geomchi2, ini bukan masalah fasilitasnya
kan? Itu tidaklah penting bagi seorang pria yang mengikuti jalur pedang.”
Geomchi2 dan para Geomchi yang lain mulai
memukuli orang-orangan sawah dengan pedang kayu. Mereka juga telah mendengarkan
cerita Weed.
“Jadi itu suatu keharusan untuk melakukan
ini?”
“Yiyahap!”
*Boom!*
Geomchi2 dan Geomchi4 merasa sedikit
nostalgia dari mengayunkan pedang seperti ini lagi.
Terus-menerus memukuli objek tetap seperti
metode latihan sepuluh tahun yang lalu, sebuah metode latihan yang telah lama
dibuang.
“Argh! Teriak lebih keras!”
“Ya! Satu juta dua puluh satu! Satu juta dua
puluh dua!”
Para Geomchi dengan semangat memukuli
orang-orangan sawah. Melakukan hal itu memberi rasa nyaman di dalam diri
mereka. Meskipun para player lain akan berpikir mereka gila, mereka tidak
beristirahat.
Pelajari pedang terlebih dulu.
Kemudian pedang bisa digunakan untuk membunuh
para monster.
‘Aku akan membunuh para monster di Royal Road
dengan pedangku.’ Dengan pemikiran itu, mata mereka semakin dan semakin cerah.
“Ngomong-ngomong, aku mulai merasa lapar.”
“Master, kita punya dua potong roti yang
tersisa!”
“Begitukah. Bisakah aku memakannya?”
“Ya pak!”
Geomchi memakan roti yang tersisa. Dua potong
roti terakhir sekarang telah habis.
“Aku merasa kenyang berkat roti itu
sekarang!”
“Oh, ya! Geomchi4 kau tampak cukup mahir
sekarang.”
“Master, ketika kita merasa lapar, tingkat
kepuasan akan turun!”
“Geomchi3, kau benar.”
“Tetapi apa yang terjadi ketika tingkat
kepuasan terus turun, sekarang kita tidak punya roti lagi?”
” ” ” “….” ” ” ”
Keheningan menghinggapi kelompok itu setelah apa
yang baru saja dikatakan Geomchi3.
Suasananya menjadi tegang setelah kata-kata
itu dikatakan secara sembrono.
Para Geomchi mulai bertanya-tanya.
“Ini adalah situasi yang serius. Apa yang
harus kita lakukan?”
“Kupikir aku tau.”
“Geomchi2, katakan apa idemu.”
“Apa yang akan kita lakukan? Contohnya,
ketika kita berburu, kita bisa mengambil item dan menghasilkan uang. Lalu, jika
tidak ada yang lebih lezat, kita bisa makan roti gandum.”
“Oh, jadi kita bisa melakukan hal itu…”
Para Geomchi tersenyum, tetapi Geomchi4
menggelengkan kepalanya.
“Kita tidak bisa meninggalkan kota selama 4
minggu jadi tampaknya kita akan kelaparan.”
” ” ” ” “…..” ” ” ” ”
Para Geomchi menundukkan kepala mereka.
Mereka tidak punya jawaban untuk situasi yang menakutkan ini. Biasanya orang
lain dengan pengalaman bermain game lebih banyak akan mengerjakan quest. Namun,
mereka bahkan tidak membayangkan bahwa mereka bisa mengerjakan quest untuk NPC.
Satu-satunya solusi mereka adalah berburu, tetapi mereka tidak bisa keluar dari
kota.
Kemudian Geomchi memegang pedang kayunya dan
berseru.
“Kita akan melanjutkan mengayunkan pedang
kita. Konsentrasi saja pada mengayunkan pedang!”
“Ya Master! Kami akan fokus pada pedang!”
“Oh, Master sungguh mengagumkan!”
Geomchi2, Geomchi3, Geomchi4, Geomchi5
bertepuk tangan.
Kemudian mereka berlima melanjutkan memukuli
orang-orangan sawah. Meskipun mereka merasa lapar, itu memberi mereka lebih
banyak kemauan.
“Hohoho…”
Instruktur Training Hall tersenyum hangat.
Sang Instruktur Training Hall sangat senang
melihat antusiasme dari para praktisi.
“Hei, maukah kalian makan bersamaku?”
Sang instruktur mengajak mereka untuk makan
siang. Namun, Geomchi menelan ludahnya dan menolak ajakan tersebut.
“Tidak! Bukankah kita punya harga diri dan
kebanggaan kita bahwa kita tidak membutuhkan belas kasih dari seorang NPC?
Bukankah itu benar, semuanya?”
“Itu benar! Kita hidup hanya untuk pedang.”
*Kriuk kriuk kriuk* (gemuruh suara perut
mereka)
“Sekarang aku melihat orang-orangan sawah
ini, mereka terlihat cukup lezat.”
Mereka mulai terdengar konyol. Tingkat
kepuasan mereka dipaksa turun karena mereka tidak punya roti gandum lagi.
Kurang dari 3% tingkat kepuasan! Bergerak
untuk memukul orang-orangan sawah menjadi sulit karena mereka tak lagi punya
stamina.
*Ding*
Peringatan : Kamu telah mati kelaparan!
Kamu tidak bisa log in selama 24 jam.
Karena ini adalah kematian yang sederhana,
tak ada item ataupun level yang akan berkurang.
|
Mati, mereka mati karena kelaparan… seperti
anjing.
Itu sulit untuk mati di awal permainan jadi
hal itu sangat langka untuk mati dalam 4 minggu pertama.
Para Geomchi yang penuh harga diri telah mati
dengan cara seperti itu dan di depan begitu banyak orang, mereka mati dengan
sangat memalukan.
Ahn Hyundo, dengan bantuan Chung Il Hoon,
mengadakan rapat di dojo.
“Royal Road adalah bentuk dari peradaban yang
baru, tetapi kita terlalu acuh tak acuh pada pengaruhnya.”
“Ya, itu benar.”
“Jika lebih banyak praktisi menghabiskan
lebih banyak waktu latihan di sebuah tempat dimana mereka bisa melawan monster,
maka motivasi mereka akan meningkat dan menginspirasi mereka lebih jauh lagi.”
“Kupikir itu benar. Melawan monster dan
membuktikan kemampuan mereka akan menarik keluar perhatian mereka.”
Ahn Hyundo dan Chung Il Hoon juga telah mati
dengan kematian yang sama seperti para instruktur yang lain.
“Pertarungan langsung akan menjadi kesempatan
yang bagus bagi mereka untuk menyadari kekuatan sejati dari pedang!”
“Kita akan menyuruh para murid untuk
mengajukan diri dan mereka akan dengan mudah mendapatkan pencerahan tentang
ilmu pedang. Untuk menjelajahi benua tak diketahui hanya dengan pedang mereka,
ini adalah sebuah ide yang bagus, Master.”
Namun, satu-satunya perempuan dan sekertaris
dari seluruh dojo, keponakan Ahn Hyundo, meletakkan kedua tangannya di
pinggangnya dan berkata pada mereka.
“Yang penting itu adalah usahanya! Kau
berkata bahwa memiliki musuh adalah sebuah alat yang membantumu berkembang.
Itulah yang selalu kau katakan!”
“Argh! Apa lagi kalau begitu? Apa yang telah
kami abaikan?”
“….!”
“Jadi, rencana kami adalah untuk membiarkan
semua praktisi resmi bergabung, jadi ada berapa banyak orang?”
“500.”
“Dengan memesan 500 kapsul… mereka bisa
memberi diskon kan?”
“Mereka akan bisa memasangnya besok, harusnya
itu baik-baik saja.”
Chung Il Hoon membalas dengan percaya diri.
Kapsul untuk 500 murid diterima dari Biro
Imigrasi dan Pengungsi. Dojo Ahn Hyundo punya reputasi diseluruh Republik
Korea. Mereka menerima dana dari Federasi Kendo Dunia dan Asosiasi Atlet.
Mereka menerima uang dalam jumlah yang besar dari para murid dan diantara
mereka ada beberapa yang berada dalam Biro Imigrasi dan Pengungsi.
Geomchi4 tersenyum dan bergumam diam-diam.
“Iti artinya bahwa kita akan mendapatkan
5.000 roti gandum lagi!”
“……”
“…..”
“Kukuku!”
Komentar
Posting Komentar