The Legendary Moonlight Sculptor Volume 2 Chapter 3 Bahasa Indonesia

Volume 2 Chapter 3 – Harta Kuil Yang Hilang

“Semoga berhasil, Weed-nim.”

“Jika kamu membuat patung yang terlihat seperti aku, aku akan memberimu hadiah.”


Telah diputuskan bahwa sementara Weed mengukir patung, rekan-rekannya akan berkeliaran, memburu monster dengan para player yang lain.

Sejumlah lizardmen yang selamat masih mengganggu penduduk setempat, dan ada tempat berburu yang bagus di sekitar desa.

Weed sudah mengungkapkan dirinya sebagai seorang Sculptor, jadi para player lain mengasumsikan bahwa questnya berkaitan dengan profesinya, dan tak seorangpun bertanya tentang hal itu.

“Semoga berhasil.”

Setelah semua orang pergi, Weed berdiri tak bergerak di alun-alun desa.

Dia melihat bahwa ada beberapa prajurit Rosenheim dan warga desa yang telah kembali.

Mereka menatap dia dengan mata penuh harap.

“Aku harus mencari sebuah batu.” kata dia pada dirinya sendiri.

Tak perlu dikatakan, patung tersebut harus terbuat dari batu.

Weed sangat terbiasa dengan mengukir kayu, dan ini adalah pertama kalinya dia menangani batu.

Beruntungnya, ada banyak batu di lingkungan sekitar yang sesuai dengan keinginannya. Bagaimanapun juga, Baran adalah sebuah desa terpencil yang berada di kaki gunung.

Dari batu-batu itu, dia akhirnya memilih satu yang sangat besar yang seorang pria dewasa tidak bisa memeluknya dengan lengannya.

“Ayo lakukan.”

Weed mengeluarkan sebuah palu dan pahat untuk membelah batu tersebut.

*Ding*

Item : Hammer and Chisel for Sculpture
Ketahanan : 10/10
Mereka adalah satu set item untuk mengukir batu.
Relatif murah, mereka rentan dan mudah hancur.
Penanganan hati-hati sangat direkomendasikan.
Efek:Sculpture Mastery +1.

Weed membelinya dari toko patung di Benteng Serabourg hanya untuk berjaga-jaga, namun dia tak pernah berpikir dia akan benar-benar menggunakannya dalam perjalanan.

*Clang Clang Clang!*

“Satu-satunya perbedaan antara mengukir batu dan kayu adalah bahannya. Pemahatan adalah tentang gambaran mental dan tentang bagaimana untuk membentuk sebuah objek dari itu. Yang perlu aku lakukan adalah mereproduksi gambaran dalam pikiranku. Dan membuat patung terbaik, patungku sendiri, dari batu ini.”

Weed menangani batu itu dengan hati-hati. Membentuk sebuah batu menuntut lebih banyak waktu dan energi dari yang bisa kau bayangkan. Sedikit kejutan pada tempat yang salah dan retakan akan menyebar pada seluruh batu tersebut. Sebuah patung harus memiliki jaminan umur panjang. Butir-butir keringat membanjiri dahi Weed karena konsentrasi dan aktivitas fisik.

Dihari kedua dari tugasnya, batu itu telah dipangkas sangat sedikit dibandingkan hari pertama, karena Weed sampai sejauh ini telah gagal untuk menggambarkan gambaran pasti dari seorang dewi.

Dewi Freya hanya diketahui memiliki kecantikan maksimal. Tak ada mahluk hidup yang pernah melihat penampilannya yang sebenarnya dan inilah sebabnya para Sculptor dan para Pelukis sama-sama sering tertantang ketika menciptakan karya seni tentang Dewi Freya.

Para seniman selalu meragukan bagaimana caranya untuk menggambarkan Dewi Freya untuk mewujudkan kecantikannya sampai batas maksimal.

Untuk alasan ini saja, dia tidak pernah digambarkan secara identik dalam lukisan dan patung.

Para seniman benar-benar sakit kepala tentang masalah ini. Namun, pada saat yang sama, itu menstimulasi dan menantang kebanggaan dan skill mereka sebagai seniman.

Misalkan dua rival mengukir patung atau melukis Dewi Freya, dan bagaimana jika dewi yang digambarkan oleh salah satunya lebih cantik dari yang lainnya?

Kesampingkan skill melukis, dewi kecantikan hanya dikagumi selama dia adalah yang paling cantik dari yang lainnya, jadi satu-satunya dengan karya yang paling indah akan mengklaim semua pencapaian pada akhirnya.

”҅Kecantikan. Aku harus mengukir Dewi Freya yang paling cantik di benua.҆” itulah satu-satunya tujuan yang memenuhi kepala Weed.

Itu sebabnya Romuna bercanda bahwa dia ingin menjadi model patung Weed.

*Claaaaang! Clang!*

Kecepatan palu dan pahat yang bekerja pada batu itu melambat, karena Weed menggali lebih dalam pada pikirannya.

”҅Bagaimana, dan siapa yang harus aku bentuk pada patung ini?҆” pikiran Weed menjadi labirin kusut saat dia mengikuti pemikiran satu demi satu.

Meskipun profesi menjadi seorang Sculptor ini awalnya bukanlah pilihannya, malas pada tugas yang diberikan padanya sangat bertentangan dengan tempramennya. Jika pekerjaan yang diselesaikan ternyata biasa-biasa saja, itu akan melukai harga dirinya sebagai seorang Sculptor. Ditambah, Famenya akan lenyap, yang tidak bisa dia abaikan atau biarkan.

“Siapa yang harus aku pilih, siapa….”

Pada saat ini, sosok seseorang menyadarkan Weed.

“Dia…”

*Clang! Clang! Clang!*

Palu dan pahat itu mulai menambah kecepatan pada akhirnya.

Batu tersebut perlahan-lahan dipangkas, sosok patung itu muncul sedikit demi sedikit.

Saat pecahan batu itu jatuh ke tanah, patung tersebut mulai menunjukkan bentuknya.

Sebuah kecantikan tiada tara.

Seorang bidadari turun dari langit dan tersenyum.

Senyumnya menyelimuti dunia dengan cahaya.

Dia adalah seorang gadis.

”҅Seoyoon.҆”

Patung yang Weed ukir didasarkan pada Seoyoon. Dia melihat wajahnya hanya sekali selama perjamuan daging panggang di rumah instruktur, tetapi Weed tidak pernah melihat kecantikan lain yang bisa dibandingkan dengan miliknya.

Bahkan seorang bintang film tidak bisa menyaingi dia dalam kecantikan alami, dimana martabat misterius dan mulia telah dikombinasikan. Namun ada sebuah kecacatan pada dia.

Dia tak pernah tersenyum, dan wajahnya kosong tanpa ekspresi apapun. Disisi lain, patung tersebut tengah tersenyum dengan senyum yang indah.

Seorang wanita dalam pakaian petualang, memegang sebuah pedang.

Bahkan, Weed menjadi sangat terpesona oleh patung yang tak lain adalah yang dia kerjakan sendiri. Dia berpikir dia hanya akan mencoba meniru wajah cantik Seoyoon, tetapi seiring berjalannya waktu, dia merasa hatinya berdebar-debar pada pemandangan dari senyum patung itu.

Patung yang memiliki sebuah pesona misterius untuk memikat orang-orang tanpa henti itu masih dalam proses penyelesaian.

“Ya ampun!”

“Lihat itu!”

Meskipun bentuknya masih kasar, para prajurit Rosenheim terpaku pada pemandangan itu.

Bahkan warga desa telah berkumpul, meninggalkan pekerjaan rekonstuksi desa, dan mengagumi Weed yang tengah bekerja mengukir patung itu.

*Ding*


Patung Dewi Freya
Freya, dewi kecantikan dan kemakmuran, adalah dewi pelindung di Desa Baran.
Patungnya dulu berdiri di alun-alun, tetapi itu telah hancur karena sebuah pohon pinus ketika banjir melanda desa
Ghandilva si Tetua menyesalkan atas hancurnya patung dewi itu, dan memintamu untuk mencari penggantinya dan membawanya kembali.


* * *

Seorang player memasuki Desa Baran melalui gerbang. Dia mengenakan pakaian pengembara, tetapi wajahnya tersembunyi dibalik tudung.

Seoyoon.

Dia telah menghilangkan tanda pembunuh yang menyala merah pada dahinya dengan membunuh banyak monster, dan tak membunuh sesama player. Jadi namanya tak lagi berwarna merah terang.

”҅Ada banyak orang disini. Ini menganggu, aku hanya ingin bertarung.҆” dia sangat frustasi.

Seoyoon pelan-pelan berjalan menuju rumah Ghandilva untuk menyelesaikan questnya. Di dalam ransel yang telah diperkuat yang bisa menyimpan 10X berat dan volume dari kapasitas aslinya adalah sebuah patung Dewi Freya.

Rumah Ghandilva, yang tidak dia kunjungi selama beberapa bulan, sebagian telah dihancurkan oleh para lizardmen.

Pada saat dia hendak membuka pintu—

“Kau benar-benar hebat! Dewi Freya yang kau ciptakan benar-benar indah!”

“Kau terlalu berlebihan, pak. Patungnya hanya setengah jadi.”

Seoyoon bisa mendengar orang di dalam tengah berbicara.

“Aku tidak bisa mengambarkan seberapa banyak aku menghargaimu, Weed-nim. Ketika patung dewi itu selesai, desaku akan hidup damai sekali lagi. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu. Silahkan nikmati.”

*Munch Munch*

Sekarang Seoyoon bisa mendengar seseorang melahap makanan mereka.

Menyanjung sang instruktur saat di Training Hall — Weed telah menggunakan trik ampuh yang sama pada Ghandilva sang tetua dari Desa Baran.

“……..”

Seoyoon melepaskan gagang pintu dari genggamannya.

* * *

Dua bulan sebelumnya, Seoyoon telah meninggalkan rumah sang instruktur, dan menuju ke selatan.

Dia hanya berkeliaran di daerah pedalaman yang tak berpenghuni dan kadang-kadang mengunjungi desa-desa terpencil, bertarung dengan monster disepanjang jalan.

Entah itu pegunungan atau sarang monster akan cocok dengan dia asalkan disana ada monster yang lebih banyak.

Pertempuran setelah pertempuran.

Selama Seoyoon bisa bertarung, dia bisa melupakan segala sesuatu yang lainnya. Pada akhirnya, dia sampai di Desa Baran.

Desa tersebut sangat damai saat itu, sebelum penyerangan para lizardmen.

”҅Whew…. Apa yang harus aku lakukan sekarang?҆” pikirnya dengan singkat.

Seoyoon mengunjungi desa untuk membeli makanan dan menjual hasil buruannya dipasar desa. Saat dia berjalan melewati pusat desa, dia tak sengaja mendengar keluhan Ghandilva.

Sang Tetua tengah sedih karena hancurnya patung dewi ditempat dimana dulunya patung itu berada, dan saat melihat Seoyoon yang kebetulan datang, dia meminta bantuan Seoyoon.

“Kamu sepertinya orang yang tepat untuk mencari pengganti patung Dewi Freya yang hancur untuk desaku! Maukah kamu mengabulkan keinginan terakhir dari orang tua ini?” tanya sang Tetua desa.

*Ding*

Quest :
Restore the destroyed Goddess Freya Statue
Freya adalah seorang dewi yang banyak dipuja di Rosenheim.
Dia dikenal mengatur kemakmuran dan keindahan.
Desa Baran adalah pemuja taat dari Freya dan selalu berdoa untuk kedamaian dan kemakmuran pada patung kota sampai patung itu hancur secara tak secara tak sengaja.
Persyaratan Quest :Selesaikan sebelum sang Tetua mati.
Hadiah :Rasa syukur dari warga desa dan bayaran.


Diam tanpa kata seperti biasanya, Seoyoon tak bisa mengambil kebanyakan quest yang tersedia untuk para player lain. Karena dia tak mampu membangun persahabatan dengan NPC, apalagi para player, dan hampir buta pada latar belakang informasi dan sejarah Royal Road.

Yang bisa dia lakukan di kota manapun adalah menjual item-item yang dia dapatkan, dan membeli item yang dia butuhkan.

Namun, dia mengangguk pada Ghandilva yang berada dalam kesedihan, dan menerima quest tersebut.

*Ding*

Kamu telah menerima quest!

Pilihan yang tepat untuk menyelesaikan quest tersebut adalah kembali ke Benteng Serabourg, membeli patung perempuan disana dan membawanya kesini, tetapi dia pergi untuk mencari yang asli.

Tujuannya adalah Order of Goddess Freya.

Melalui Kerajaan Brent di utara, dan melintasi Halkos Wilderness di barat daya, itu adalah Free City of Somren.

Order of Goddess Freya terletak disana.

Itu akan menjadi sebuah perjalanan yang panjang sekitar 3 bulan melalui rute resmi, tetapi dia bisa sampai kesana dalam sebulan jika dia mendaki Pegunungan Bark di barat.

Petualang yang masih punya pikiran waras akan menghindari rute ini karena mereka harus bertahan melawan jumlah monster yang sangat banyak.

Namun bagi Seoyoon, yang telah menjadi penggila maniak pertempuran, dia memilih melewati Pegunungan Bark.

Meninggalkan mayat monster yang tak terhitung jumlahnya, dia sampai di Order of Goddess Freya dan membeli patung Dewi Freya, yang bahkan telah disahkan dan diberkati oleh Uskup Agung Mandolin.

Untuk itu, dia telah menghabiskan sebagian besar goldnya.

“….”

Seoyoon menjauh dari rumah Ghandilva. Dalam perjalanan ke gerbang, dia berhenti di alun-alun desa.

Ada sebuah patung yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Sebuah patung Dewi Freya yang masih belum selesai.

“Bukankah dia benar-benar seorang dewi yang cantik, pengembara?”

Seorang gadis berbicara pada Seoyoon. Tetapi matanya tengah terpaku pada patung itu.

“Weed, salah satu penyelamat heroik desa kami, adalah yang mengukir patung dewi itu untuk kami. Ketika patung itu sudah selesai, desaku akan bebas dari monster dan kami akan hidup dalam damai sekali lagi. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika dia tidak ada disini untuk kami….”

Seoyoon menatap patung buatan Weed. Itu belum selesai. Namun patung itu tampak cantik. Hampir menyilaukan matanya.

Patung Dewi Freya tersebut memancarkan keindahan yang menenangkan bagi orang yang melihatnya sambil menunjukkan sebuah senyum lembut dan menghibur.

Saat dia menatap patung tersebut, dia merasa bahwa senyum itu mengubah dunia menjadi sesuatu yang lebih cerah, dan lebih positif.

Patung Dewi Freya lain yang dia bawa adalah sebuah maha karya dari Order of Goddess Freya, patung itu juga memiliki nilai seni tinggi dan memiliki aura religius.

Namun, setelah dia memandang patung yang diukir oleh Weed, dia berpikir bahwa patung yang dia bawa adalah barang murahan, layaknya cahaya kunang-kunang dihadapan matahari.

“……”

Seoyoon memandang patung itu selama beberapa saat dan meninggalkan Desa Baran dalam keheningan — tanpa menyadari bahwa model dari patung yang dibuat oleh Weed adalah dirinya.

* * *

*Brrrrr*

Bahkan Weed yang tak takut pada apapun, merasakan jari-jarinya gemetar pada saat itu. Dia telah menghabiskan 10 hari berusaha keras pada pekerjaan ini.

Karena berita dari patung Dewi Freya yang baru telah tersebar luas, banyak penonton mengunjungi Desa Baran.

Selain pasukan pembebasan dan prajurit Rosenheim, orang-orang datang dari kota Demeron yang relatif dekat jaraknya. Dengan sentuhan akhir pada mata dari sang dewi oleh Weed, patung tersebut telah selesai.

“Sungguh dewi yang cantik!”

“Dewi Freya benar-benar turun ke desa kita!”

Warga desa dan para penonton berseru. Itu sangat berisik dengan obrolan, dan doa-doa dari mereka yang berlutut dihadapan patung itu.

Lalu, sebuah jendela pesan yang hanya terlihat oleh Weed muncul.

*Ding*

Patung Dewi Freya (Finepiece)
Seni tak selalu diakui karena modelnya dan keterampilan karya tersebut.
Itu layak disebut seni hebat selama karya tersebut menyentuh banyak hati dan membersihkan banyak pikiran.
Patung Dewi Freya, kecantikan yang luar biasa, meskipun keahlian rendah dalam Sculpture Mastery, akan selalu menarik mata publik selamanya.
Nilai Artistik : 150
Efek Spesial :
Meningkatkan regenerasi HP dan MP sebesar 15% selama 24 jam.
Efek ini tidak bisa digabung dengan efek patung lain.
Jumlah Fine Piece yang telah diciptakan : 1

‘Fine piece!’ pikir Weed dengan semangat.

Gelar ini hanya diberikan pada karya seni yang diakui oleh banyak player. Kemampuan yang luas saja tidak bisa menghasilkan Fine piece, Grand piece, atau Master piece dalam sculpture mastery.

Hanya ketika seorang Sculptor mengabdikan dirinya untuk menciptakan sebuah karya dari jiwa dan hatinya yang sangat dihargai oleh banyak player yang lain, saat itulah karya tersebut layak mendapatkan gelar diatas.

Dengan kata lain, Patung Dewi Freya yang telah selesai tersebut bisa dibilang luar biasa. Karena patung tersebut memperoleh gelar Fine Piece, itu juga memberi sebuah efek.

Masih dalam tahap pemula dari Sculpture Mastery, Weed tidak memenuhi syarat untuk menghasilkan sebuah karya seni dengan efek tambahan. Meski demikian, dikombinasikan dengan pisau pahat Zahab, fine piece buatannya menghasilkan efek yang luar biasa.

Ini adalah sebuah jackpot yang melebihi perkiraannya sendiri.

*Ding*
Level Up: Sculpture Mastery (Pemula Level: 9 | 70%)
Memungkinkan kamu untuk membuat karya yang lebih halus dan detail.
Fame telah meningkat sebanyak 50 poin (+50 FAME)
Art telah meningkat sebanyak 15 poin (+15 ART)
Perseverance telah meningkat sebanyak 10 poin (+10 PER)
Vitality telah meningkat sebanyak 5 poin (+5 VIT)

Beberapa statistik naik sebagai hadiah karena menciptakan sebuah fine piece.

Sculpture Mastery tahap dasar milik Weed akhirnya mencapai tingkat keahlian 70% di level 9, hampir mencapai tahap menengah, dan Fame miliknya juga naik.

Namun, dia merasa curang.

“Sialan.”

Sebuah fine piece tidak akan keluar setiap saat.

Level skill dalam Sculpture Mastery milik Weed saat ini adalah level 9, tetapi ketika dia sedang sibuk mengukir patung, levelnya masih 8.

Namun, itu telah diterapkan sebagai skill level 7 pada tahap menengah, berkat palu dan Zahab’s Sculpting Knife.

Berbicara secara teknis, fine piece hampir mustahil dibawah tahap menengah dari sculpture mastery. Dia menyadari bahwa jika dia tidak diperkuat oleh Zahab’s Sculpting Knife, dia tidak akan bisa menghasilkan patung dewi yang indah semacam itu.

Level skill sculpture mastery miliknya masih kurang.

Jika Weed mencapai tahap menengah, atau bahkan tahap ahli, sebelum dia mengukir patung dewi, itu mungkin bisa dalam jajaran peringkat grand piece, tidak jauh dari master piece.

Lalu, dia akan menerima 5 statistik promosi, salah satu dari beberapa hak istimewa yang terbatas pada Sculptor.

Para Sculptor yang lain, sangat sedikit jumlahnya di benua ini, selain Weed sang Legendary Moonlight Sculptor, yang kurang dalam kemampuan tempur.

Mereka ditolak mengakses perapal mantra sejak awal, dan juga Strength dan Defense mereka bukanlah sesuatu yang spesial.

Skill handicraft hanya sedikit mengkompensasi kekuatan serangan yang rendah untuk mereka.

Tak ada party yang masih waras mau menerima mereka, jadi mereka harus menghadapi banyak pertarungan sendirian.

Profesi Sculptor bergantung pada statistik yang mereka tingkatkan lebih tinggi daripada rata-rata player dilevel yang sama.

Namun, itu tidak berarti bahwa seorang Sculptor bisa mengembangkan sculpture mastery miliknya dan menghasilkan fine piece atau diatasnya kapanpun dia mau. Bahkan seorang Sculptor bereputasi tinggi tak bisa menghasilkan fine piece dan grand piece sesuka dia.

Fine piece hanya bisa tercipta ketika seorang Sculptor melelehkan jiwanya ke dalam cetakan gambaran keindahan tertinggi.

Misalkan kau bekerja keras selama 10 hari untuk mengukir sebuah patung, dan itu ternyata karya yang biasa-biasa saja, hanya sedikit mempengaruhi statistikmu, bagaimana perasaanmu tentang hal itu? Yang lebih parah lagi, bagaimana jika itu mengurangi reputasimu yang susah payah kau dapatkan sebagai seorang Sculptor?

Kau akan dipuji jika kau tidak terjun dari sebuah tebing karena hal itu. Sebenarnya ada banyak mantan Sculptor yang menghapus avatar mereka setelah mengalami kesialan yang sama.

Sculptor adalah sebuah profesi yang sulit dan berat.

Ghandilva mendekati Weed dan menggenggam tangannya.

“Terimakasih, Weed-nim! Kamu telah membuat patung Dewi Freya sehebat itu, dan kami para penduduk desa akan selamanya diberkahi dengan kehadirannya. Juga, patung ini akan membawa lebih banyak pengunjung kesini. Kamu sekarang adalah pendiri kedua dari Desa Baran!”

*Ding*

Quest Selesai :
The Statue of Goddess Freya
Ghandilva dengan tulus menghargai karyamu!
Patung Dewi Freya yang berdiri tegak di Desa Baran akan menopang penduduk desa dalam harapan dan keberanian. Mereka akan menerimamu kapanpun dimasa depan.
Fame telah meningkat sebanyak 30 poin (+30 FAME)
• Kamu telah naik level!
• Kamu telah naik level!
• Kamu telah naik level!
Pengaruhmu di Desa Baran telah mencapai : 60%
• 1st : Weed – 60%
• 2nd : Darius – 45%
• 3rd : Seoyoon – 33%

Karena karya tersebut ternyata lebih baik daripada perkiraannya yang paling liar, hadiah untuk quest tersebut juga sangat tinggi.

Sebuah quest yang bisa menaikkan level 3 kali bisa dianggap berada dalam jajaran paling tinggi dalam tingkat kesulitan D.

Ditambah, pelayanan publik miliknya pada desa menaikkan pengaruhnya pada tempat pertama.

Pelayanan publik tergantung pada berbagai faktor. Jika pelayanan publikmu diakui, lalu memperbesar pengaruhmu di sebuah kota, kau bisa membeli item dalam jumlah besar dengan harga diskon disana, dan kau bahkan bisa mendapatkan posisi pemerintahan seperti tetua atau penguasa feodal.

Weed telah naik dengan pesat dalam pelayanan publik dengan mengumpulkan pencapaian karena misi penyelamatan penduduk desa yang ditangkap dan membuat Patung Dewi Freya, serta menjual senjata dan perlengkapan yang dijarah oleh partynya dari markas para lizardmen.

Dalam kasus Darius, tak perlu dikatakan, dia adalah pemimpin quest pasukan pembebasan untuk merebut kembali desa.

Lalu, untuk Seoyoon, dia telah membunuh sejumlah monster yang mengancam di sekitar Desa Baran, dan menjual item-item di toko.

Sebelum Weed dan Darius datang, pengaruh milik Seoyoon di Desa Baran adalah yang tertinggi.

“Seoyoon ada di tempat ketiga? Dia ada disini sebelumnya?”

Jantung Weed berdetak kencang.

Ketika Weed menjadikan Seoyoon sebagai model untuk patung tersebut selama pembuatannya, dia telah yakin bahwa Seoyoon tidak akan pernah datang kesini dan menyadari gambaran dirinya sendiri.

Benua Versailless sangat luas.

Jika dia melihat patung ini, dia mungkin hanya tersenyum dingin dan memenggal Weed tanpa basa-basi.

”҅Dia adalah seorang pembunuh, jadi hal seperti itu tidaklah mustahil.҆”

Apalagi jika Seoyoon membaca tulisan Weed yang diukir pada patung tersebut, dia mungkin akan membunuhnya lagi dan lagi, dengan mudah melampaui 100 kali. Tidak, Weed lebih baik mempersiapkan dirinya untuk yang paling buruk.

Sebelum patung tersebut selesai, Weed merasa sangat puas dengan apa yang telah dia ciptakan.

Dia belum tau apakah itu akan menjadi karya hebat, rata-rata atau bahkan karya gagal, tetapi dia merasa terpesona oleh karya seninya sendiri.

Jadi, murni pada keterikatan, dia telah mengukir sebuah puisi pendek dibagian bawah dari Patung Dewi Freya tersebut dengan Zahab’s Sculpting Knife.

Sebuah sifat dari orang Korea yang tidak bisa dihilangkan!

Weed bertanya dengan hati-hati, “Permisi, Tetua Ghandilva?”

“Apa itu, Weed-nim?”

“Apakah itu adalah Seoyoon yang kau minta untuk mendapatkan sebuah pengganti untuk patung dewi tersebut?”

“Ya, dialah orangnya. Jadi kamu kenal dia juga? Dia adalah nona yang baik. Dia menerima permintaanku yang aneh, meskipun dia belum kembali…”

“Aku mengerti.” jawab Weed dengan kalem.

Weed lega bahwa Seoyoon belum kembali sampai sekarang. Jika Seoyoon kembali ketika dia tengah mengukir patung tersebut, dia takut bencana macam apa yang akan dia terima.

”҅Dia mungkin akan membunuhku untuk balas dendam karena aku mencuri questnya!҆”

Karena pekerjaan telah selesai, dia ingin pergi ke Kota Langit sesegera mungkin. Dia ingin keluar dari desa sebelum dia bertemu Seoyoon lagi. Tetapi Ghandilva tidak melepaskan tangannya.

Ghandilva merendahkan nadanya dan berkata “Aku punya sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu, sang penyelamat desaku, Weed-nim.”

“Silahkan.” Weed menjawab dengan sabar.

“Apa kamu percaya pada takdir? Aku tidak berpikir itu adalah sebuah kebetulan bahwa kamu datang ke desaku.”

“Maaf?”

“Seorang Priest dari Order of Freya pernah mengunjungi desaku dan memberitahu kami bahwa iblis telah mengamuk. Mereka memperluas pengaruh mereka di alam yang tak terlihat, lebih rendah daripada dimana kita berada, di tempat yang gelap dan dingin. Sang Priest dari Order of Freya menyatakan bahwa hanya ‘Sang Pemberani’ yang bisa mengalahkan mereka! Dia kemudian memberiku kekuasaan untuk memilih Sang Pemberani tersebut.”

“…..”

“Aku tidak sepenuhnya paham apa maksud kata-katanya pada saat itu, tetapi sekarang aku mengerti! Aku belum mengungkapkan rahasia ini padamu, benih yang diwariskan dalam keluargaku akan bertindak sebagai pemandu ke sebuah negeri baru. Sang Priest mengatakan padaku untuk menemukan seseorang bernama Seagull, untuk mendapatkan kembali Lost Treasure (harta yang hilang) dari Temple of Freya (Kuil Freya). Temukan dia. Jadilah Sang Pemberani yang akan mengalahkan kejahatan!”

*Ding*

Kamu mendapatkan informasi mengenai the Lost Treasure of Freya (Harta Freya yang Hilang)


”҅Ini adalah quest lanjutan dari Patung Dewi Freya! Sepertinya tidak ada yang merugikan. Mengagumkan. Siapa yang menyangka kesempatan semacam ini akan datang padaku!҆”

Weed sekali lagi mengakui keberuntungannya. Bagian dari itu disebabkan oleh Seoyoon, yang gagal untuk muncul membawa patung baru, dan sebagai gantinya, kesempatan datang pada dia.

“Itu adalah keinginanku yang paling dalam untuk mencegah kejahatan menyebar di dunia. Aku akan melakukan yang terbaik untuk mengembalikan harta yang hilang dari Order of Freya.”

“Terimakasih.”

*Ding*

Kamu telah menerima quest!

Weed menutup percakapan dengan Ghandilva dan menuju rekan-rekannya yang telah menunggu dia.

“Kerja bagus, Weed-nim. Aku tak pernah mengira bahwa sebuah patung bisa begitu indah.”

Pale berkata sambil menatap patung itu dengan pandangan hangat, yang mana hal itu sangat tidak biasa untuk dia. Surka, Irene dan Romuna tampak sangat tergerak juga.

Level mereka telah mencapai sekitar level 60’an dengan memburu para monster terus-menerus dan dengan sedikit tidur saat Weed tengah sibuk mengukir patung Freya.

“Sungguh menakjubkan. Itu tampak asli. Itu adalah patung paling indah yang pernah aku lihat.”

“Aku yakin bahkan Dewi Freya tidak bisa menyaingi patung ini dalam hal kecantikan.”

“Bagaimana bisa kamu menciptakan gambaran seperti itu? Aku sangat kagum dengan jiwa seni dan rasa estetika yang indah milikmu….”

Weed merasa sedikit malu oleh pujian mereka.

Rasa estetika yang indah? Jiwa seni?

Mata mereka merasa buta karena gagal mengenali seniman yang sangat hebat, meskipun dia selalu tepat disana di depan mata mereka.

Siapa? Maksudmu Weed? Mengatakan bahwa dia adalah seseorang yang lapar akan kekuatan akan lebih masuk akal.

”҅Apakah mereka akan percaya jika aku memberitahu mereka bahwa aku sama sekali tak memiliki ide sampai aku benar-benar harus bekerja? Tidak, aku tidak berpikir begitu.҆” pikir Weed dengan geli.

Lagian, apa gunanya mengatakan pada mereka sesuatu yang mereka tidak akan percaya?

Seorang salesman yang baik tidak akan mengatakan segalanya ketika dia mengetuk pintumu untuk menjual sesuatu. Seorang salesman yang baik menyembunyikan kekurangan dan melebih-lebihkan kelebihan dari produk yang dia jual.

Intinya adalah, apa yang bagus untukmu adalah kebijakan yang terbaik.

“Aku membuat patung ini sambil aku menggambarkan kalian semua dalam pikiranku, nona Irene, nona Surka dan nona Romuna. Hati murni dan wajah cantik kalian adalah inspirasiku, jadi patung itu tampak seindah itu sekarang.”

“Ya ampun!” Mereka sangat tersentuh oleh kata-kata Weed.

Para gadis adalah mahluk-mahluk yang sederhana, bukankah begitu? Semua gadis dalam party Weed sangat senang mendengar kebohongan semacam itu.

“Hei, kau adalah Weed, kan?” kata Darius, saat dia datang ke tempat Weed dan partynya berdiri.

“Kau cukup bagus dalam sculpture mastery. Apakah itu sebuah grand piece?”

Darius memiliki pengetahuan yang luas dalam banyak bidang. Di level 140, dia pasti telah mendapatkan sedikit informasi tentang Sculptor di suatu tempat.

“Bukan.” kata Weed.

“Lalu, apa itu fine piece?” tanya Darius.

“Ya.” kata Weed.

“Oh, aku tak pernah percaya aku bisa melihat sebuah fine piece. Kudengar kurang dari seratus Sculptor yang pernah menciptakan fine piece…”

Darius menunjukkan keterkejutannya dengan gerakan berlebihan. Lalu, dia tersenyum sinis.

“Selamat. Kurasa kau memperoleh cukup banyak statistik untuk ini. Setidaknya beberapa keberuntungan yang baik pasti menimpa Sculptor yang menyedihkan dalam kemampuan.”

Darius menganggap remeh Weed, semata-mata didasarkan pada fakta bahwa dia adalah seorang Sculptor.

Dalam kenyataannya, kebanyakan Sculptor memang lemah. Skill tempur mereka menyedihkan sekalipun mereka memiliki statistik lebih tinggi yang dihasilkan oleh pembuatan fine piece dan hal-hal yang lain.

Bahkan jika mereka mengetahui sebuah skill tempur yang kuat, mereka tidak tau bagaimana untuk bertarung dengan benar.

Kenapa mereka memilih menjadi Sculptor?

Itu karena mereka mereka memang tidak bisa bertarung sejak awal. Banyak pertarungan menghasilkan petarung yang hebat.

Bagi sebagian besar player yang memiliki profesi non-combat, mereka biasanya tidak bisa bertarung.

Mereka biasanya bingung, karena mereka tidak tau bagaimana untuk menanggapi serangan musuh, dan kehilangan peran apa yang harus mereka ambil dalam sebuah party.

Skill tempur dasar yang bisa mereka pelajari tidaklah efektif pada umumnya, dan bahkan tingkat keahliannya cukup rendah untuk ditertawakan oleh rekan satu tim mereka.

Ditambah, mereka harus melatih sculpture mastery mereka untuk menjadi seorang Sculptor secara utuh, jadi mereka lebih lemah daripada rekan-rekan mereka dalam segala hal, termasuk rata-rata level mereka, jika mereka menghabiskan waktu yang sama dalam mengembangkan avatar mereka.

Tentu saja, Weed adalah sebuah pengecualian!

“Hei, jaga mulutmu.”

Pale, salah satu rekan tim Weed melangkah maju dengan marah. Dia tidak bisa menahan diri saat Darius mengejek rekannya.

Lalu, keributan terjadi.

“Bagaimana bisa ada seseorang seperti orang ini?”

“Wajahnya tampak seperti sebuah wajan penuh lemak setelah memasak sosis…”

“Orang bodoh tak pernah berpikir sebelum mereka berbicara. Weed-nim sangat hebat dalam bertempur…”

Surka, Romuna dan Irene membalas bergantian.

Surka yang masih muda, cukup berdarah panas untuk mengatakan hal itu! Romuna, yang cukup sering merasa marah dari waktu ke waktu, itu sangat wajar. Tetapi apa yang benar-benar mengejutkan Pale dan Weed, dari semua orang adalah Irene, yang selalu tenang dan memiliki jiwa yang lembut, telah berkobar dalam kemarahan.

Wanita….

Tak mungkin Pale dan Weed yang bodoh bisa mengetahui bahwa ketiga gadis itu bersama-sama bisa dengan mudah mengubah status seseorang menjadi ‘kill-on-sight’ bila diperlukan. Bahkan jika penilaian Weed digandakan atau dikalikan tiga, dia tidak akan bisa sepenuhnya memahami setengah dari aspek seorang wanita selama hidupnya.

Sangat bodoh untuk mengasumsikan bahwa kau mengerti seorang wanita hanya karena kau membuat dia senang dengan beberapa pujian.

“…..”

Weed kehilangan kesempatannya untuk marah.

Namun, dia membalas dendam dengan rentetan ejekan dari para gadis.

“Ap-Apa kau bilang?”

Mata Darius menyala. Tetapi baik Irene maupun Romuna tidak mundur sedikitpun.

“Kenapa, apakah kami mengatakan sesuatu yang salah?”

“Berani-beraninya kau…”

“Lalu apa yang akan kau lakukan? Membunuh kami?”

“Apa kau pikir aku akan membiarkan kalian lolos?!”

Darius hendak mencabut pedangnya. Jika dia, seorang Warrior level 140, memutuskan untuk bertarung sekarang, Weed dan rekan-rekannya tidak akan bisa bertahan.

Tidak, weed bisa menang bila dia berhasil memanfaatkan potensinya dengan baik. Levelnya berada pada 70’an, dia mendekati seorang warrior level 100.

Mengingat skill-skillnya yang seperti cheat dan kemampuan tempurnya, dia yakin dia bisa mengalahkan Darius.

Memanfaatkan unsur kejutan, dan mengingat bahwa Darius meremehkan Weed, merebut saat-saat ketika dia tidak siap untuk itu, Weed bisa mengalahkan dia dalam satu menit.

Satu-satunya masalah adalah bahwa jika duel berlangsung lebih lama dari satu menit, Weed akan kehabisan MP karena menggunakan skill-skill tempur, dan akan berakhir mati dengan pasti.

Weed bukannya takut pada Darius karena statistiknya, tetapi dia tau bahwa kelemahannya terletak pada durasi pertarungan. Bisa dikatakan, dia memiliki kasus yang sama dengan ejakulasi dini, ketakutan rahasia nomor satu seorang pria. Tentunya, dia masih lebih kuat daripada rata-rata player di level yang sama dengan dia.

“Darius, santai santai!”

“Lepaskan aku! Aku akan mengajari para pelacur itu sopan santun!”

“Kau adalah komandan dari pasukan pembebasan. Kau tidak bisa berduel dengan bawahanmu. Jika kau melakukan hal itu, apa kau tau berapa banyak poin Fame milikmu akan berkurang? Apa kau benar-benar mau menyerah pada quest ini?”

Parros dan rekan-rekannya yang lain dari party Darius memegang dia. Mereka mencoba meredam amarahnya, dan dia akhirnya menjadi tenang.

“Oke, aku maafkan kalian untuk kali ini.”
Pada komentar Darius, Romuna menuangkan cemoohan pada dia dengan sinis.

“Kau pikir siapa kau untuk memutuskan siapa yang memaafkan siapa?”

“Semua orang berbuat kesalahan, tetapi dia bertindak seperti dia adalah orang suci atau semacamnya.”

Serangan akhir dari Surka hampir menyalakan pertengkaran ronde kedua, tetapi saat itu anggota lain dari pasukan pembebasan telah tertarik oleh keributan tersebut, dan berkumpul disekitar mereka.

Darius dan keroco-keroconya sudah kehilangan rasa hormat dan kredibilitas. Disisi lain, Weed dan rekan-rekannya cukup dihormati. Untuk satu hal, Weed telah memasak makanan yang lezat selama perjalanan.

Dia bahkan memperbaiki senjata dan armor ketika rusak, dan untuk item-item yang tak teridentifikasi, pelayanan gratis darinya untuk mengidentifikasi item-item tersebut sangat berharga.

Rekan-rekan timnya yang lain sangat baik pada para player lain kecuali Darius, jadi reputasi mereka cukup bagus.

Saat Weed tengah sibuk mengukir patung Dewi Freya, Pale dan para gadis bergabung dengan beberapa party untuk berburu, dan skill-skill mereka yang lumayan tinggi serta taktik berburu mereka yang cepat membuat mereka menjadi favorit untuk party manapun.

Weed kemudian mengetahui bahwa Darius dan keroco-keroconya harus berburu sendirian karena tak seorangpun mau repot-repot mengajak mereka. Dibawah situasi itu, Weed berada pada posisi yang jauh lebih kuat.

Parros, salah satu dari sedikit teman Darius, berkata dengan nada arogan, menggantikan Darius yang wajahnya telah membeku dalam diam. “Kami adalah anggota dari Guild Ica. Aku yakin kau telah mendengarnya. Itu adalah salah satu dari 3 guild tertinggi di Rosenheim.”

Tentu saja Weed telah mendengar tentang Guild Ica. Terkenal karena perilakunya yang buruk, tak mengherankan setelah dia melihat bagaimana tindakan Darius.

“Kami berencana untuk menempati sebuah kota dalam waktu dekat, jadi kami membutuhkan plat gantung yang bagus. Maukah kau datang mengunjungi kami nanti untuk mengukir plat gantung? Kami akan membayarmu dengan baik.”

Pada akhirnya, Darius hanya mengunjungi Weed untuk meminta plat gantung. Tetapi dia saat ini dalam mood yang sangat mengerikan.

Dia telah berhasil menyelesaikan quest pasukan pembebasan dengan girang, tetapi apa yang tersisa dalam sakunya jauh lebih sedikit dari yang dia perkirakan.

Itu karena seseorang telah menguras semua item dari markas para lizardmen.

Dalam kemarahan, Darius dan keroco-keroconya telah mencari pelakunya, tetapi mereka tidak mungkin mencurigai Weed si Sculptor yang mengukir patung Dewi Freya dan rekan-rekannya, berbicara secara objektif, mereka dengan level yang rendah dihilangkan dari daftar yang dicurigai.

Selama penyelidikan pribadi mereka, mereka telah membuat serangkaian kesalahan yang mengerikan yang menyebabkan lebih banyak pertengkaran diantara mereka dan para player yang lain, sementara Weed telah menerima sebuah quest yang solid dari Ghandilva sang tetua dan menyelesaikan Patung Dewi Freya, seolah-olah menggosokkan garam pada luka-luka mereka.

Sederhananya, Darius sangat iri.

Jadi dia berbicara pada Weed secara kasar, dan pada akhirnya membuat segalanya menjadi semakin rumit.

* * *

Begitu mereka sudah selesai dengan Desa Baran, pasukan pembebasan yang dipimpin oleh Darius mengemas barang-barang mereka dan bergerak menuju utara untuk kembali ke Benteng Serabourg.

Ada beberapa player yang menyukai tempat berburu di dekat desa, tetapi desa itu sendiri tidak menarik bagi mereka. Tak ada bar dimana para pemburu bisa minum bir dingin setelah seharian berburu.

Semua orang rindu akan rasa bir mengalir pada tengorokan mereka, dan bergegas meninggalkan desa.

Sudah diputuskan bahwa Desa Baran akan dilindungi oleh prajurit Rosenheim.

Weed dan rekan-rekannya melaporkan quest pembebasan secara langsung pada Ghandilva.

“Terimakasih atas bantuan kalian. Kami akan selalu mengingat apa yang kalian lakukan untuk kami para penduduk desa.”

Untuk hadiah quest tersebut, Ghandilva memberi Weed 20 poin Fame.

Karena dia mengukir patung sementara para player yang lain memburu sisa-sisa lizardmen, dia pada dasarnya menyerah pada quest itu, tetapi secara tak terduga ternyata dia mendapat hadiah yang cukup bagus.

Player lain dalam pasukan pembebasan yang berlevel 80an menerima Fame poin antara 10 dan 15.

Weed berpikir bahwa menyelamatkan penduduk yang disandera dan merampok markas lizardmen telah membuahkan sedikit keajaiban.

Weed dan rekan-rekannya mengatakan pada Darius bahwa mereka ingin tinggal untuk berburu monster disana, dengan sebuah alasan bahwa mereka masih memiliki level yang rendah.

“Sekaranglah saatnya.” kata Weed.

Pada pernyataannya, rekan-rekannya tersenyum penuh harap.

“Ya.”

“Kalau begitu, mari kita pergi ke sebuah tempat yang gelap dan sepi.”

“Tentu saja, ke tempat yang sangat, sangat sepi… Suatu tempat kita tidak akan terlihat.” Romuna menutupi mulutnya dengan tangannya dan tertawa genit.

Jika seseorang mendengar dia, mereka mungkin akan salah paham.

2 pria dan 3 gadis menuju ke Gunung Barat dari Desa Baran. Tempat yang dulunya markas para lizardmen, sekarang terpencil cukup untuk memenuhi kriteria tempat yang mereka cari.

“La la la.” Para gadis tengah bersenandung ria.

Mereka berjalan ke tempat yang sangat, sangat gelap, sepi dan jauh dari jangkauan player lain.

Tak lama setelahnya, mereka mencapai kaki Gunung Barat dimana tak ada seorangpun dalam radius beberapa mil. Mereka sudah siap untuk sebuah perjalanan panjang.

“Tampaknya bagus disini.”

“Oke semuanya, bersiaplah.”

Weed dengan hati-hati menggali tanah dan menanam benih itu didalamnya. Lalu, dia menyiramnya sedikit.

Benih itu tak menunjukkan reaksi untuk beberapa saat, tetapi tanah yang menutupi benih itu segera berubah berwarna merah.

*Quake*

*Rumble*

“Kyaaaaa!” Surka berteriak kaget.

Gempa bumi yang dahsyat mengguncang tanah!

Pusat gempat terletak pada tempat dimana Weed menanam benih itu. Tanah terpecah dan batang tebal muncul naik ke langit.

30 kaki, 60 kaki….

Dalam sekejap mata, sebuah pilar tak berujung berdiri dihadapan party Weed. Namun batang itu terus tumbuh.

Menonton batang itu naik diatas awan, Weed berkata, “Kota Langit pasti ada diatas sana. Aku pikir tumbuhan ini akan memandu kita kesana.”

“Lalu….”

“Sekarang kita telah jauh-jauh sampai sini, kenapa harus mundur? Cepat pegang ini. Atau kita akan berakhir mendaki tumbuhan ini dari pertengahan jalan.”

“Sialan! Aku tidak mau melakukan itu.”

Weed mengeluarkan sebuah tali dari ranselnya dan mengikat rekan-rekannya pada dia.

“Bersama-sama kita hidup, bersama-sama kita mati.”

” ” ” “Ya!” ” ” ” Mereka bersorak.

Weed dan Pale memutuskan untuk memegang tumbuhan itu terlebih dulu.

Hal ini adalah untuk berjaga-jaga jika Irene atau Romuna, yang memiliki fisik lemah, kehilangan cengkraman mereka, orang yang ada di atas bisa mencegah mereka jatuh dari langit.

Weed dan rekan-rekannya menempel erat pada batang yang tumbuh dari benih Heavenly Tree.

Lalu mereka naik keatas langit.


Komentar