The Legendary Moonlight Sculptor Volume 3 Chapter 6 Bahasa Indonesia
Volume
3 Chapter 6 – Flu Berat
Hanya satu hari…
Waktu yang sangat sedikit untuk persiapan!
“Beli armor dan senjata. Beli dengan harga
kurang dari 1 gold.”
“Beli herbal dan bahan makanan dalam jumlah
yang banyak. Tolong jual dengan harga murah.”
Weed membeli item-item ini dengan jumlah yang
besar.
Mapan telah meninggalkan partynya dan Weed
bisa mengerti alasannya.
“Aku akan berteleport melalui gerbang karena
aku harus berburu ditempat yang jauh untuk mengerjakan quest.”
“Selamat, ngomong-ngomong, apa aku bisa
ikut?”
“Yah, aku harus pergi sendirian…”
“Sayang sekali. Aku ingin pergi bersamamu…”
“Tingkat Kesulitannya adalah B…”
“…Semoga beruntung dan selamat tinggal.”
Mapan terspesialisasi dalam skill
perdagangan.
Weed tidak memiliki skill yang diperlukan
untuk menjadi seorang Merchant.
Namun, membawa Mapan adalah pilihan yang
buruk.
Mapan terlalu lemah untuk mendampingi dia,
jadi Weed menuju ke Gereja Freya untuk beristirahat.
Di dalam gereja tersebut ada sang High Priest
dan sekelompok Paladin.
“Halo. Senang kau telah datang.”
Weed gemetar ketika sang High Priest
menyelesaikan kalimatnya.
Seberapa besar kemungkinannya? Kupikir Ossan
High Priest adalah orang yang baik hati.
Itu adalah situasi yang menakutkan dan sulit,
tanpa sedikitpun kesempatan untuk melarikan diri.
Namun, Weed tidak akan menyerah pada quest
tersebut kecuali terjadi kemungkinan terburuk tanpa keuntungan sebagai imbalan.
Namun, hari sebelumnya, sang High Priest
telah mengatakan, “Ini adalah sebuah quest yang sangat penting. Aku tidak bisa
memprediksi masa depan manusia. Namun, aku tau bahwa masalah ini sangat
mendesak. Ini bisa berubah menjadi buruk dalam hitungan hari.”
Weed ingin mengangguk.
Masalah pribadi!
Hal ini sangat buruk!
Tergantung pada keadaan yang terjadi, dia
bisa saja tidak akan pernah diijiinkan untuk kembali ke gereja.
Namun, sang High Priest telah menempatkan dia
dalam situasi yang bahkan lebih buruk.
“Aku mendirikan Gereja Freya ini di kota ini.
Aku percaya bahwa kau adalah sang Pahlawan dari legenda itu dan kau akan
menemukan relik itu secepat mungkin.”
“Apa maksud anda?”
“Besok, ketika kau sampai, seorang Priest
dari gereja ini akan berada dibawah perintahmu. Jika kau mengembalikan dia
dengan aman maka kau akan dihadiahi berdasarkan pada menjadi seberapa kuat dia.
Jangan cemas tentang besok dan kami akan menemuimu segera.”
“….”
Segalanya telah diatur jadi dia tidak bisa
melarikan diri.
Kota Kebebasan Somren, dengan kebebasan yang
hilang! Kota itu sekarang seperti penjara tanpa jeruji.
Mahkota Fargo telah dicuri dari Gereja Freya
dan Weed tidak diijinkan untuk mendapatkan bantuan dari player lain. Weed hanya
diijinkan untuk menggunakan orang-orang yang telah disediakan oleh sang High
Priest.
“Sekarang aku akan memperkenalkan padamu
orang yang akan membantumu menyelamatkan para Paladin jika ada yang bisa
diselamatkan…”
Sang High Priest membuka pintu dengan kunci
kecil. Di dalamnya adalah seorang anak laki-laki yang mengenakan topi putih dan
jubah Priest putih,
“Dia adalah kandidat Paus berikutnya di
gereja kami, Alveron. Terimakasih atas bantuanmu.”
“Sebuah kehormatan bertemu denganmu, Weed.”
kata Alveron dengan formal.
Alveron bukanlah seorang player, tetapi
seorang NPC.
Weed dan Alveron menuju ke dalam gereja. Di pusat
dari ibukota Kerajaan, disana ada rune yang rumit yang telah diukir di tanah
dan berfungsi sebagai gerbang teleport.
*Kkolkkak!*
*Glek* Weed menelan ludah.
Menggunakan gerbang teleport tersebut akan
secara langsung mengirim dia ke Morata. Tetapi dia tidak lupa bahwa provinsi
Morata dihuni oleh Klan Vampir True Blood yang terkenal yang sangat kuat dan
menakutkan.
Tidak seluruh Benua Versailles penuh dengan
para player. Para petualang telah menemukan Benua Utara tetapi orang-orang
tidak mendekatinya karena monster-monsternya terlalu kuat disana.
Dia berdiri disana dan mereka memulai
persiapan untuk memulai teleportasi.
“Kita benar-benar harus menyelamatkan para
Paladin saudara kita!”
Sang High Priest dan para Priest mengumpulkan
sejumlah besar MP untuk mengoperasikan gerbang teleport.
Cahaya keluar dari gerbang tersebut,
mengelilingi Alveron dan Weed, dan dengan segera mereka berdua menghilang dari
Gereja Freya.
150 tahun yang lalu Kekaisaran Niflheim, yang
terletak di benua utara, telah dihancurkan oleh para monster. Saat para
bangsawan sibuk melarikan diri, pasukan Templar yang ditempatkan disana
diporak-porandakan. Setelah itu Kekaisaran Niflheim menjadi wilayah yang
dipenuhi oleh monster.
Sekarang hanya ada satu aturan yang berjalan
disini.
Yang paling kuat yang bertahan hidup, dan
yang kuat mengambil semuanya.
“Jadi ini adalah Morata…”
Weed dan Alveron muncul di pintu masuk sebuah
gua.
Gerbang teleport Gereja Freya dan gua
tersebut saling terhubung.
“Ohh, dinginnya!” Segera setelah Weed tiba
dan keluar dari gua, dia merasakan rasa dingin yang parah.
Medan dan iklim di Benua Versailles sangat
berbeda bergantung pada lokasinya.
Sayangnya, Morata terletak jauh di utara
benua, yang termasuk wilayah dingin.
Di zona ini, sepanjang musim, itu adalah zona
es abadi.
“Tak pernah terpikir tempat ini sangat
dingin…!!”
Tubuh Weed mulai menggigil lagi dan lagi
karena dinginnya.
Tubuhnya mulai menyusut karena angin yang
bertiup ke rahnya.
*Ding*
Peringatan : Kamu telah terkena flu!
Untuk mengatasi rasa dingin, disarankan
untuk memakai pakaian yang tebal atau duduk di dekat api.
Jika flu berat berlanjut untuk waktu yang
lama, maka itu mungkin memperburuk kondisimu.
Badan menjadi lebih kaku dan kemampuan
fisik berkurang sebesar 5%.
Kecepatan rasa lapar meningkat sebesar 25%.
|
*menggigil*
Pesan tersebut mengatakan bahwa flu bisa
semakin memburuk.
Tetapi dia tidak bisa tinggal di dalam gua,
karena dia harus melihat sekeliling dan memantau area tersebut.
Dia pergi ke pegunungan yang tertutup salju.
Melewati kota yang hancur. Kota hilang yang
sunyi.
Di persimpangan kedua dari barisan rumah
ketiga adalah kediaman dari kaum bangsawan.
Di atas atap dengan tumpukan salju yang
tebal, langit-langit yang runtuh dari bangunan bisa terlihat.
Meskipun interiornya tampak kosong, ada
perabotan di dalamnya. Sepertinya rumah-rumah itu tak dihuni selama jangka
waktu yang panjang tanpa ada yang memelihara bangunannya.
“Ini pasti desa Morata…”
Tatapan Weed melintasi kota menuju struktur
bangunan hitam raksasa.
Bangunan itu memiliki pagar besar dan tak ada
lampu yang menyala, jendelanya juga tertutup dan burung gagal terbang di atas
atap.
Istana Morata.
Istana bata hitam tersebut tertutup salju
putih. Sebuah kombinasi aneh yang sedikit memicu inspirasi didalam diri Weed.
Burung-burung gagak hitam legam berputar-putar di atas atap istana.
Biasanya, burung akan mudah membeku dan mati,
tetapi para gagak ini adalah jenis burung yang lebih tangguh. Gagak-gagak ini
telah berubah menjadi vampir, dan karena para gagak telah berubah menjadi
vampir, mereka tidak bisa mati dan masih bisa menggerakkan anggota tubuh
mereka.
“Sepertinya ini adalah tempat para Vampir
True Blood berada. Hal ini tidak akan mudah.”
Weed selesai memantau dan kembali ke gua.
*Ding*
Temperatur
telah sedikit meningkat
|
Gua dengan gerbang teleport sedikit lebih
hangat. Beruntungnya bahwa angin dingin tidak bertiup ke dalam gua.
“Jadi ini adalah Provinsi Morata.”
Dahulu kala, Paman dari Ratu Natalya,
Archduke Morata yang memerintah provinsi tersebut.
Morata dulu pernah terkenal karena kualitas
kulit dan kain yang luar biasa dan cukup makmur, tetapi sekarang telah hancur
menjadi desa yang terisolasi.
Tak ada manusia yang terlihat dimanapun, itu
adalah sebuah kota hantu!
Di ibukota dari Kekaisaran Niflheim, Mordred,
semua penduduk telah dibunuh.
Weed secara mental mengatur tujuan questnya.
‘Pertama, menyelamatkan para Paladin. Kedua,
menyingkirkan Klan Vampir True Blood dari kota, dan yang ketiga, mencari Crown
of Fargo’.
Itulah yang harus dilakukan. Itu adalah
rencana yang sederhana dan mudah.
Tetapi Weed frustasi pada realitas tentang
hal ini. Dia adalah Legendary Moonlight Sculptor.
Untuk mengharapkan mengerjakan sebuah quest
tingkat tinggi semacam itu, dia akan memerlukan untuk memiliki profesi yang
luar biasa untuk menutupi selisih 68 level tersebut. Dia menyesali bahwa dia
tidak mencari lebih banyak exp sebelum kembali ke tanah dari kota langit
Lavias.
“Sekarang apa yang harus aku lakukan?”
Weed kembali ke gua untuk menanyai Alveron
beberapa pertanyaan. Beruntungnya, si NPC Alveron punya kepercayaan yang kuat
pada Weed dan mendengarkan dia.
“Jadi, sebelum aku memulai, aku ingin kau
bersantai dan duduk. Aku tidak yakin bahwa aku sudah memperkenalkan diriku
dengan benar. Namaku Weed. Aku lebih tua darimu jadi hormati aku. Oke?”
“Ya Weed-nim.”
Weed berbicara sedikit lebih sopan saat dia
meminta dengan hati-hati.
Alveron tampak seperti anak laki-laki yang
sangat muda dan seperti peri, jadi dia tidak mau menjadi canggung jika dia
terlalu sopan.
‘Seorang bocah….’
Weed ingin mempermudah perburuan monster.
“Misi ini sangat sulit, jadi aku perlu tau
berapa levelmu…”
“320.”
“….”
Kandidat untuk Paus selanjutnya memiliki
level yang sangat tinggi. Weed tidak tau bahwa level seorang NPC bisa setinggi
itu. Meski begitu, para Priest tidak punya banyak kemampuan tempur, daerah
dimana Weed lebih unggul.
Pertanyaan kali ini bukan tentang level
tetapi tentang Fame. Dari menyelesaikan quest tersebut, Fame Weed akan naik
hingga lebih dari 2.000.
“Levelmu cukup tinggi. Tetapi aku ingin tau
bagaimana kau menjalani kehidupanmu. Seberapa banyak Fame milikmu?”
“Mari kita lihat, sekitar 150.002…”
“……”
Weed mencoba untuk tidak terdengar
merendahkan diri saat dia berbicara pada NPC.
Namun, karena Alveron tampak seperti anak
kecil, dia telah lupa bahwa Alveron adalah kandidat level master untuk posisi
High Priest selanjutnya.
“Apakah ada masalah?”
“Tidak ada, beristirahatlah untuk saat ini.”
Seperti seorang anak baik, Alveron pergi dan
duduk di pojokan. Duduk dengan jubah putihnya, posturnya tampak menunjukkan
bahwa dia sedang dalam meditasi yang khusyuk.
“Sekarang tugas kecil telah diurus, saatnya
untuk memulai.”
Weed meletakkan selimut di lantai.
Dalam kenyataannya, selimut adalah item yang
penting untuk perjalanan karena bisa mencegah efek dingin.
‘Aku tidak menyadari bahwa aku perlu
menyiapkan pakaian…’ Dia berpikir sambil menggigil.
Kerajaan Rosenheim dan Kota Kebebasan Somren
adalah provinsi-provinsi yang hangat jadi tak ada perlunya membawa pakaian
tambahan. Dia tidak pernah berpikir bahwa masalah sesulit ini akan muncul
karena tidak membawa pakaian perjalanan dasar.
Tubuh Weed gemetar saat dia membuka ranselnya
dan mengeluarkan perintah untuk mengambil item-item dari inventorynya.
Dia mengambil senjata dan armor yang seharga
1 gold yang dia kumpulkan di Liberty City.
*Brakk!*
Weed memukul pelindung dada dengan tinjunya.
Dia memukulnya beberapa kali disana-sini sampai rusak di beberapa tempat.
Item-item itu sangat murah, dengan armor dan daya tahannya yang lemah, jadi
pelindung dada itu rusak dengan cepat.
“Sekarang aku melakukan hal ini…” dia
bergumam.
Weed mengeluarkan palu yang dia beli dari
toko Blacksmith untuk memperbaiki daya tahan pelindung dada tersebut. Dengan
itu, kekuatan blacksmith dan skill yang terkait meningkat sebesar 10%.
Dia membelinya di Kota Kebebasan Somren.
“Repair.” Dia berkata saat dia memukul
pelindung dada tersebut dengan palu.
Memperbaiki daya tahan pelindung dada sangat
sulit. Dia memukuli plat baja tersebut beberapa kali sampai area yang rusak
telah diperbaiki.
Weed kemudian melanjutkan merusak dan
memperbaiki armor tersebut.
Setelah 10 menit, sebuah jendela pesan
muncul.
*Ding*
Keahlian
skill Repair telah meningkat.
|
Namun, karena kerusakan yang berulang-ulang
pada armor tersebut, ketahanan dari pelindung dada itu terus turun secara
permanen sampai…
*Ding*
Peringatan
: Hilangnya item!
|
Item telah menghilang karena kerusakan yang
sering.
Pelindung dada yang Weed pegang ditangannya
telah rusak dan hancur berkeping-keping.
Memperbaiki perlengkapan yang rusak bisa
berkontribusi pada skill dalam beberapa kasus, tetapi jika perlengkapan tersebut
dirusakkan berulang kali, maka pelindung dada yang terbuat dari baja rendah
tidak ada gunanya lagi.
Weed melanjutkan merusakkan semua pelindung
dada yang telah dia beli, kemudian berpindah pada pelindung kaki dan setelah
semuanya rusak, dia mengeluarkan helm.
8 jam kemudian!
Weed bisa mendapatkan 10% keahlian skill
Repair.
Dengan harga 100 gold, puing-puing item-item
yang rusak menumpuk dilangit-langit.
”'”Skill Check : Repair””’
Repair
(Beginer Level: 9 | 89%)
|
Hanya 11% lagi sampai skill Repair mencapai
tahap Intermediate. Lalu ketahanan dari perlengkapan bisa diperbaiki sampai
maksimal.
“Achoo!”
Dia telah memperbaiki item-item tanpa
beristirahat. Weed bersin. Hidungnya meler dan tak lama kemudian dia juga sakit
tenggorokan.
*Ding*
Peringatan : Penyakit Flu mu telah
memburuk!
Untuk mengatasi rasa dingin, disarankan
untuk memakai pakaian yang tebal atau duduk didekat api.
Jika flu yang parah terus berlanjut untuk
waktu yang lama, maka itu mungkin memperburuk keadaanmu.
Flu bisa menyebabkan komplikasi yang lain!
Kemampuan badan berkurang 20%.
Efek skill berkurang 30%.
Maksimal HP dan MP berkurang.
|
“….”
Weed kehilangan kata-katanya.
Dia hanya sedikit flu tetapi sekarang telah
memburuk. Ini mungkin karena dia duduk di satu tempat terlalu lama tanpa
bergerak.
“Sialan!”
Ada 3 hal tragis yang harus diperhatikan
ketika seseorang sendirian.
Kelaparan, dingin dan penyakit!
Berjuang dengan keadaan lapar lebih sulit di
iklim dingin karena roti gandum bukanlah makanan hangat.
Dingin telah mempengaruhi skill miliknya
karena rasa dingin membuat badannya lebih kaku. Weed sangat depresi bahwa dia
terkena flu.
‘Ini tak bisa dipercaya…’ Weed mendesah.
Kehidupan telah begitu sulit sejak dia
memulai game ini. Dia mendapatkan profesi yang tidak dia inginkan, dia juga
mengalami segala macam masalah seperti rasa dingin ini.
Weed menenangkan dirinya dengan fakta bahwa
dia tidak sendirian.
‘Alveron mungkin sama.’
Alveron duduk di pojokan gua, mengenakan
jubah putih.
‘Dia mungkin merasa lebih dingin daripada aku
karena dia hanya memakai jubahnya…’
Weed merasa sedikit puas, karena lebih baik
daripada seseorang membuat dia dalam suasana hati yang bagus.
Itu mungkin lebih baik bahwa dia tidak tau
bahwa jubah Alveron itu punya opsi spesial, mencegah rasa dingin untuk
menembus.
* * *
Lee Hyun keluar dari kapsulnya jadi dia bisa
mulai bersih-bersih rumah.
Dia menyapu lantai, mengelap jendela,
menggosok wastafel kamar mandi dan mengganti lampu. Seperti hari ini adalah
hari bersih-bersih.
“Harus memastikan bahwa rumah nenek tidak
terlalu berantakan.”
Lee Hyun bergumam sambil dia melanjutkan
mengepel lantai.
Neneknya memberitahu Hyun saat dia masih di
rumah sakit bahwa sepertinya dia punya penyakit.
Artritis degeneratif.
Bekerja terlalu berat ketika masih muda bisa
menempatkan banyak ketegangan pada sendi. Dokter rumah sakit memberitahu dia
untuk tidak khawatir.
“Pengobatan modern bisa memperbaiki kerusakan
sendi tingkat ini tanpa ada masalah. Jangan khawatir tentang hal itu.”
Lee Hyun bersedia membayar biaya
pengobatannya. Obat yang mahal dibutuhkan untuk regenerasi sendi.
Namun, penyakit nenek lebih dari apa yang
didiagnosis. Karena dia tidak menerima pemeriksaan kesehatan secara teratur,
penyakit lain dalam tubuhnya telah bertambah parah, hasil pengujian menyatakan
bahwa sel-sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuhnya.
Di jaman modern, tak ada lagi orang yang
meninggal karena kanker. Namun, hal itu memerlukan operasi dan beberapa bulan
perawatan di rumah sakit.
‘Aku harus terus menabung uang, aku tidak
boleh berhenti mencari uang….’
Selain uang dari festival SMA, Royal Road
memberi uang dalam jumlah yang cukup banyak.
Seluruh prosesnya lebih cepat daripada yang
direncanakan.
Berkat berburu di Lavias dan situs jual beli
item Royal Road.
Ketika Lee Hyun selesai membersihkan rumah,
adiknya pulang dari sekolah.
“Rumahnya begitu bersih hari ini. Apa kau
bersih-bersih?”
“Ayolah, jangan buang-buang waktu. Nenek
menunggu kita untuk menjenguk.”
Lee Hyun membawa adiknya ke rumah sakit untuk
menjenguk nenek mereka.
“Halo.”
“Nenek, apa kau kesepian?”
Lee Hyun menghabiskan sebagian besar waktunya
di dalam kapsul game dan adiknya di sekolah. Itu sulit untuk mempekerjakan
seorang perawat untuk neneknya karena dia tidak punya uang sebanyak itu.
Dia membersihkan ruangan tersebut dan
membuang sampah. Setelah dia selesai, dia duduk di samping tempat tidur rumah
sakit dan memegang tangan neneknya.
“Maafkan aku, sayang. Kamu selalu datang
untuk menjenguk aku.”
“…..”
“Kuharap itu tidak berlebihan, tetapi bisakah
aku minta sesuatu, sayang?”
“Ya, katakanlah dan mintalah apapun.”
“Mereka bilang tak ada kata terlambat untuk
belajar. Aku akan sangat senang jika kamu bisa menyelesaikan SMA secara normal…
maukah kamu mendapatkan GED?”
Dia bisa mengerti apa yang neneknya
maksudkan.
Ketika Lee Hyun keluar dari SMA, adiknya
menangis. Ketika dia bersikeras bahwa dia berhenti sekolah neneknya tidak
mengatakan apa-apa lagi.
Dilecehkan dan dipermalukan oleh para
rentenir di sekolah, pendidikan semacam itu jauh dari kata normal.
Itu adalah sebuah kekecewaan bahwa dia telah
gagal untuk mendapatkan pendidikan.
Lee Hyun menjawab. “Baiklah nek, aku akan
ambil GED.”
Lee Hyun pulang sendirian sementara adiknya
tinggal di rumah sakit. Besok adalah hari libur jadi Hayan bisa tinggal lebih
lama.
Lee Hyun lebih suka untuk tinggal dan
menikmati saat-saat bersama. Tetapi dia punya pekerjaan yang harus dilakukan.
‘GED… apa yang aku butuhkan untuk belajar?’
Ketika dia masih sekolah, nilainya tidak
terlalu buruk.
‘Buku-buku referensi dan buku teks dari toko
buku… tidak, akan lebih baik untuk membeli buku bekas.’
Dia pergi ke toko buku bekas yang dia ingat
di kota. Toko tersebut tepat berada di samping dojo ilmu pedang yang dia hadiri
di masa lalu.
Dojo ilmu pedang masih tetap disana.
“Yiyahap!”
“Hiat!”
Teriakan bersemangat bisa terdengar.
Lee Hyun tertarik dan menuju ke dojo.
* * *
“Tampaknya tak ada yang berbakat.”
Ahn Hyundo mengeluh tentang performa
murid-muridnya.
“Sejak aku meletakkan pedangku dan mulai mengajar…”
Ahn Hyundo telah mengunci hatinya dalam
depresi. Tak peduli apa yang dia lakukan, mereka tidak mengerti jalan ilmu
pedang.
‘Pedang… Pedang akan segera menghilang dan
tak akan ada lagi orang yang akan berbicara melalui pedang denganku.’
Hati Ahn Hyundo terasa sakit saat dia melihat
pedang-pedang di dinding, ketika dia membuka dojo ini dengan semangat. Sudah 10
tahun sejak dia memulai dojo tersebut dimana dia hanya mengajar orang-orang
dewasa bukannya anak-anak.
“Master!”
“Ada apa? Apa ada yang begitu penting hingga
kau membuat keributan seperti itu?”
“Dia disini!”
“Apakah itu pria itu…?”
Karena semua orang berbicara sekaligus, dia
tidak bisa memahami apa-apa karena itu tak bisa dimengerti.
Lalu, pada saat itu, Ahn Hyundo memikirkan
tentang wajah yang akrab.
‘Pria muda itu, Lee Hyun! Satu-satunya yang
ingin kujadikan penerusku!’
Lee Hyun akan dipilih.
Dia tidak pernah mengecewakan Ahn Hyundo
sejak saat dia muncul di dojo.
Ahn Hyundo berdiri sambil mendengarkan apa
yang terjadi.
“Jadi dia ada disini di dojo?”
“Ya, itu benar.”
“Ayo, mari kita pergi.”
Ahn Hyundo ingin melihat dia lagi. Dia ingin
melihat apa orang yang dia pilih sebagai penerusnya mampu!
“Tetapi, ada masalah.”
“Apa itu?”
“Dia meminta untuk bertanding dengan
orang-orang.”
“Apa masalahnya jika dia ingin bertanding?
Aku tidak tau apa yang jadi masalah karena mereka seharusnya cukup kuat.”
“Ya, aku menilainya dengan cara yang sama,
jadi aku meminta Dog Sun bertanding dengan dia tetapi itu adalah kemenangan
sepihak oleh Lee Hyun.”
“Ah ha!”
Latihan tanpa henti.
Para praktisi di dojang telah datang berlatih
selama lebih dari 3 tahun. Bahkan dalam waktu yang terbatas seperti itu mereka
telah mencapai beberapa tingkat kemahiran.
Jadi para murid adalah lawan yang tangguh.
Dalam pertandingan, para pemula berusaha
untuk menghindari cidera parah, tetapi para ahli menguasai aliran pertarungan.
“Aku tidak percaya bahwa Dog Sun dikalahkan…”
“Ya, itu membutuhkan waktu kurang dari 2
menit.”
“Aku prihatin pada Dog Sun, untuk sesuatu
sekecil ini, apa masalahnya?”
Ahn Hyundo menanyai Chung Il Hoon tentang apa
yang salah.
“Itu, setelah Dog Sun dikalahkan, Lee Hyun
meminta orang lain untuk bertanding juga.”
“Mereka telah mempelajari pedang jauh lebih
lama dari Dog Sun kan? Jadi siapa yang dia lawan berikutnya…?”
“Chang Guk.”
“Dia telah mempelajari pedang selama lebih
dari 6 tahun. Dia sangat ceroboh untuk melawannya setelah dia lelah dari
bertarung dengan Dog Sun.”
“Aku berusaha untuk membuat dia
mempertimbangkan lagi tetapi…”
“Jadi dia terluka parah?”
“Tidak. Kali ini dia menang juga.”
“Oh!”
Ahn Hyundo tidak salah menilainya ketika dia
melihat Hyun.
‘Dia tidak bisa menyembunyikan semangat
bertarungnya. Dia akan menjadi lebih kuat… keinginan akan kekuatan!’
Kualitas itu telah membuat dia menang
bertarung melawan Chang Guk.
“Tetapi masalah sebenarnya adalah bahwa Chang
Guk hanyalah salah satu dari orang-orang yang dia lawan.”
“Siapa lagi?”
“Ya, itu, 6 praktisi.”
“Maksudmu dia secara terus-menerus melawan 6
orang.”
“Ayo, kita lihat.”
Para instruktur dan praktisi dojo berkumpul
untuk melihat pertandingan tersebut.
“Sungguh stamina yang luar biasa…!”
“Itu adalah orang kesembilan yang telah
kalah!”
“Dia menggunakan jumlah kekuatan yang tepat…
tak peduli seberapa banyak stamina yang dimiliki seseorang, hal itu tidaklah
mudah melawan 9 orang secara berturut-turut.”
“Jangankan melawan satu per satu. Hanya
bertarung melawan praktisi lain saja sudah cukup sulit.”
“Tetapi bagaimana dia bisa menang seperti
itu?”
“Kekuatan dan teknik, tampaknya bahwa dia
telah menemukan keseimbangan di antara keduanya. Dia mengurangi jumlah
pergerakan yang tak diperlukan dari tubuh bagian bawahnya. Meski begitu, dia
harus melatih tubuh bawahnya untuk waktu yang lama untuk mencapai kemampuan
seperti itu.”
“Tapi bagaimana dia bisa bertarung seperti
itu?”
Para praktisi telah melihat latihan Lee Hyun
ketika dia datang ke dojo seperti yang dilihat Chung Il Hoon dan Ahn Hyundo.
Ahn Hyundo melihatnya dan mengangguk.
“Aku tau kenapa dia tampak bertarung
sungguhan.”
“Kenapa bisa Master?”
“Ketika kau bosan, kau ingin bertarung dengan
siapapun yang bisa kau lawan.”
Para praktisi menatap Ahn Hyundo.
“Kalau begitu itu hanya untuk menghilangkan
stres, Master?”
“Ketika kau menghadapi lawan, hal itu terasa
bagus untuk memegang dan mengayunkan pedang, bukankah begitu?”
“Yah, kurasa begitu…”
“Kadang-kadang aku ingin bebas dan bertarung
tanpa alasan. Tetapi kita tidak ingin tau naluri primitif yang kuat ini. Saat
ini, pedang-pedang menggantung di dinding dan karena hal itu, pandangan tentang
dirimu sendiri pasti telah berubah. Sekarang hanya sedikit yang memiliki naluri
seorang pemburu, semangat bertarung dari hewan buas.”
*Klakk!*
Praktisi yang lain dipaksa berlutut didepan
Lee Hyun. Saat Lee Hyun perlahan-lahan berjalan ke arahnya dengan pedang
kayunya, si praktisi itu menyerah.
“Berhenti, berhenti! Aku kalah.”
Lee Hyun menghentikan pedangnya di depan
kening praktisi tersebut.
“Siapa selanjutnya?”
Potensi Lee Hyun sangat mengagumkan. Bajunya
basah dengan keringatnya, menunjukkan dadanya yang kuat.
Tetesan keringat mengalir pada pedang kayu
dan jatuh ke lantai.
Tetapi dia tidak tampak lelah. Di matanya,
semangat bertarung tampak berkobar-kobar.
Itu adalah mata yang berniat memburu!
Hanya raungan hening seekor serigala
mengancam posisi yang lain.
Lebih dari 100 praktisi di dojo tersebut
merasa terintimidasi.
“Biarkan aku pergi.”
“Panggil para master!”
Para murid tidak bisa menerima tantangan yang
memanas dan Chung Il Hoon hanya menggelengkan kepalanya.
“Apa kalian serius…”
“Master!”
“Jika rumor menyebar bahwa 10 orang kalah,
lalu kehormatan dojo akan menurun. Aku akan melawan dia.”
Chung Il Hoon akan bertarung secara langsung.
Dia memenangkan medali perak dua kali di Turnamen Pertarungan Pedang Sedunia,
dia adalah seorang ahli.
Para praktisi tidak pernah melihat dia
bertarung secara serius dan hanya melihat dia mengajari orang lain bagaimana
untuk bertarung.
‘Master akan bertarung’
‘Apa mereka benar-benar akan bertarung?’
Para praktisi menatap Lee Hyun dengan cemas.
Dia harus menyerah karena tak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi jika
dia memutuskan untuk bertarung.
Mereka terdiam.
Lee Hyun mengarahkan ujung pedangnya terhadap
Chung Il Hoon. Chung Il Hoon juga siap untuk bertarung.
Setelah mereka berdua mengambil pedang
mereka, Ahn Hyundo berteriak.
“Berhenti!”
“Tapi master, jika orang ini dibiarkan, maka
kebanggan dojo akan…”
“Aku tau bahwa dia mengalahkan 9 orang atau
lebih, tetapi dia berasal dari dojo kita jadi hal itu tidak akan merusak
kebanggaan ilmu pedang kita.”
“Aku kira begitu…”
“Dalam kenyataannya, melawan lawan yang
kelelahan akan mempermalukan kita.”
Ahn Hyundo berusaha untuk menjaga kedamaian
dalam dojo, melawan seorang murid dan melawan seorang instruktur adalah hal
yang sepenuhnya berbeda. Chung Il Hoon memutuskan untuk mundur dan berbicara.
Tetapi Ahn Hyundo tersenyum sambil berkata.
“Bukankah menurutmu bahwa itu akan lebih adil
jika orang tua seperti aku melawan seorang lawan yang kelelahan?”
“Master!”
“Master anda…!”
Seluruh dojo penuh dengan kegirangan.
Meskipun Ahn Hyundo sudah tua, tak seorangpun
berpikir dia lemah.
Ahn Hyundo adalah Juara Dunia Pertarungan
Pedang selama 4 tahun berturut-turut.
Dia bukanlah seseorang yang bisa dikalahkan
oleh sembarangan orang bahkan jika dia hanya memegang tongkat.
Seluruh dojo menjadi tenang saat Ahn Hyundo
berjalan ke tengah-tengah dojang.
“Kita akan melihat ilmu pedang milik Master…”
“Kesempatan kecil seperti itu datang sekali
seumur hidup?”
Para praktisi di dojo menahan nafas mereka
pada konfrontasi diantara kedua petarung. Jika ilmu pedang Ahn Hyundo bisa
dilihat, seharusnya itu dengan cara yang lebih mulia. Namun, setiap instruktur
bingung pada tindakan Ahn Hyundo.
‘Bahkan jika Master tertarik pada anak itu,
tak terpikir bahwa dia akan turun tangan sendiri.’
‘Jika hal ini dibiarkan, maka semua orang
akan ingin menantang dia…’
Master adalah kebanggaan dari Republik Korea
dalam hal ilmu pedang tetapi dia tidak banyak berbicara tentang pikirannya.
Lee Hyun telah mengalahkan 9 orang, meskipun
mereka adalah para paraktisi. Ada celah yang besar diantara para praktisi dan
si penantang. Tetapi perbedaan yang sangat besar ada diantara para praktisi dan
murid yang secara langsung diajar oleh Ahn Hyundo.
Tak peduli seberapa banyak praktisi yang
dikalahkan Lee Hyun, para istruktur tidak gelisah sedikitpun. Mereka mengagumi
ilmu pedangnya, staminanya yang mengagumkan, dan semangat bertarungnya.
‘Tetapi ada masalah yang lain.’ pikir Chung
Il Hoon.
Ahn Hyundo sedang bertarung.
Hal ini sangat tidak biasa.
‘Mungkin dia tidak akan serius?’
Chung Il Hoon menggelengkan kepalanya
berkali-kali. Ahn Hyundo datang setidaknya seminggu sekali untuk bertarung
dengan dia memakai pedang.
Tak berujung.
Keputusasaan.
Dan kagum.
Ahn Hyundo telah mencapai puncaknya. Hanya
mereka yang ada dibawahnya yang bisa melihat itu. Chung Il Hoon bahkan tak bisa
bermimpi untuk mencapai tingkat dimana dia bisa menyentuh ke arahnya. Tak
mungkin Ahn Hyundo bisa kalah.
‘Tidak mungkin aku bisa berbuat sesuatu. Dia
akan melawan murid favoritnya. Semoga beruntung, Lee Hyun.’
Mata Chung Il Hoon sedingin es saat dia
menghela nafas.
Stamina Lee Hyun sudah mencapai batasnya.
Kemauannya telah bertahan selama ini, tetapi segera itu akan hancur.
Chung Il Hoon melihat itu sebagai masalahnya.
Dengan staminanya yang hilang saat para
praktisi melawan dia sepenuh hati, tak peduli praktisi mana yang dia lawan,
tubuh Lee Hyun telah mencapai kondisi yang ekstrim karena melawan 9 orang.
Chung Il Hoon berpikir bahwa kemampuannya
yang luar biasa akan segera berakhir.
‘Master tidak perlu berbuat banyak untuk
menaklukan seseorang yang sudah hampir kalah.’
Namun, Chung Il Hoon sepenuhnya salah.
Itu adalah sebuah adegan yang mengharukan
saat mata mereka bertemu saat Ahn Hyundo berkata pada Lee Hyun.
“Apa kau suka menggunakan pedang kayu? Aku
juga punya pedang kayu ditanganku, tetapi tidakkah kau ingin bertarung dengan
pedang asli?”
Komentar
Posting Komentar